KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktek klinik IV tentang “ASUHAN
PERSALINAN NORMAL”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin
dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi
lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka
selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah
praktek klinik kebidanan yang berjudul “ASUHAN PERSALINAN NORMAL”
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.
Yogyakarta,
Oktober 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak
Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia,
sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan
kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang
efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada :
keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan
neonatal terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan
tanda bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan
kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan
kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah
persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu
diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi
pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut
derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan
dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan
dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan
meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi hal tersebut dapat
diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang
kendali penting pada ibu selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam
mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses
persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama
persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami
bermaksud membuat makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan
dapat membantu para ibu dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan penulisan
1. Agar
mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2. Agar
mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan
prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan adalah
suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu
proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di dorong keluar
melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses
kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu atau lebih atau
kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah
proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu, letak
memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang
dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi
(Sumapraja S,Persalinan Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut
WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal
persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara
spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42
minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik
(Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan
normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi
dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa
penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk
diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang
sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan
yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi
tahun 2010).
B. Bentuk – Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
Ø Partus biasa (normal / spontan)
adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24
jam.
Ø Persalina buatan / persalinan
abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan bantuan dari luar
sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam,
ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø Persalinan anjuran atau induksi
persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya tetapi berlangsung
setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan ketuban.
Ø Persalinan lama bila persalinan
berlangsung lebih dari 24 jam.
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi
kekuatan his. Ada dua hormon yang dominan mempengaruhi kehamilan, yaitu :
v Estrogen
· Meningkatnya sensitipitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanik.
v Progesteron
· Menurunnya sensitifitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik.
· Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:
v Teori
keregangan
· otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
· Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimilai.
· Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
v Teori penurunan
progesteron
· proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
· Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.
· Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.
v Teori oksitosin
internal
· Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah
sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
· Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin
dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v Teori
prostaglandin
· Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan.
· Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
· Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
v Teori
hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
· Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan
(linggin tahun 1973).
· Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi
mulainya persalinan. (Manuaba, 2005).
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his
makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan,
sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin
beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his
persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah pecah.
(3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa
kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4) Perubahan Serviks
Pada
pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks,
pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
E.
Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka
dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup
kuat,kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk
melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata,
ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis
melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan
dengan pintu atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip
kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu
posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi
maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang
turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his
yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di
bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala
berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi,
muka dan akhirnya dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali
sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi
luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir
bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru
kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fisiologis penting di pahami, bila
ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif
tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F.
Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur
darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan
serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks.
G.
Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga
untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran
dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah
gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran
(involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi adalah
pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin
lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian
berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan
teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah
satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar
ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang
berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan
pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh
parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan
dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu
mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi
otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik.
Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri
dan hypertonic/tetania uteri.
ü Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting
adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi
dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
ü Passage
(Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir
berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke
depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup
luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul
yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter
transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique
(ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka
melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan
hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit
sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat
dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang,
apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang
kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau
skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka),
serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks
(terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala
dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada
vagina.
ü Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan
kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik,
pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan
takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam
persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks
sehingga persalinan menjadi lama.
ü Penolong
Memilih Penolong persalian yang
berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang
terlatih.
ü Posisi Saat Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
H. Prosedur
pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV
I. Persalinan Kala
I
Persalinan kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga
pasien dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama
6 -18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata
7 jam). Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka
waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø Fase laten berlangsung selama 7-8
jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Ø Fase aktif dibagi dalam 3 fase
yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan
fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari
4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7
jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
II. Persalinan Kala
II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
pengeluaran terjadi berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong
keluar sampai lahir. Kala ini
berlangsung :
Ø 1 – 2 jam pada primigravida
Ø ½ - 1 jam pada multigravida
Tanda
dan Gejala Kala II Persalinan:
v Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
v Perineum terlihat menonjol
v Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v Peningkatan pengeluaran lendir & darah
Kepemimpinan, ada aturan main, ada
hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk memimpin, semua ini disebut
dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan
langkah asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan
harus dikuasai seorang bidan tersebut adalah :
1) Mendengar
dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan
kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan
spoid disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai
celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan
dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan dengan
sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
5) Menggunakan
sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6) Mengambil
spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan teknik
satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7) Membersihkan
vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban
sudah pecah.
9) Mencelupkan
tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin
setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan
sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his
apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat
1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan
memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua
tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada
vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum dengan satu tangan yang
di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak terjadi
defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya
lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai
melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran
paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas untuk melahirkan
bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan
bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah
bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir,
tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut
janin).
25) Melakukan penilaian sepintas :
Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan? Dan Apakah bayi
bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan
disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi
lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian
distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan,
jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong
isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem
kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali
pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali
pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang DTT
atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada
untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang
topi di kepala bayi.
III. Persalinan Kala III
33) Memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas fundus
untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain memegang tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi,
menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri mendorong
uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah
30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan
dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong
menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada
introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan kemudian putar searah
jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri
secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus
baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian
fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan
selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang
tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi
pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan bila ada robekan.
IV. Persalinan
Kala IV
41) Memastikan
uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan
tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
43) Pastikan
kandung kemih kosong.
44) Mengevaluasi
dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45) Mengajarkan
ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa
TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau
keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan
semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi
selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
49) Buanglah
bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
50) Bersihkan
ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu
merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk memberikan
makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52) Dekontaminasi
tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53) Celupkan
handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.
54) Cuci kedua tangan
dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk bersih.
55) Pakai sarung
tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu
1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan tetes/salep
mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57) Setelah satu
jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan
anterolateral.
58) Lepaskan
sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit
dalam larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua
tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih.
60) Lengkapih
partograf.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi
belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa,
keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung
kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa
penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk
diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang
sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan
yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi
tahun 2010).
B. Saran
1. Diharapkan
mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin normal
sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan
mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Saadong
Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar