I. JUDUL
GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA
II. TUJUAN
Setelah selesai praktikum ini
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan penggolongan darah pada manusia.
III. DASAR TEORI
A. Pengertian
Darah
Setiap saat, dalam tubuh manusia
terjadi proses sirkulasi berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh. Diperlukan
peredaran media pengantar dan alat-alat yang turut berperan dalam sirkulasi
untuk melakukan proses ini. Media dan alat-alat ini bekerja bersama-sama
membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem sirkulasi darah. Media yang
berperan dalam peredaran zat-zat penting ke seluruh tubuh ini adalah darah
(Moekti, 2008:46).
Darah merupakan suatu suspensi sel
dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Secara keseluruhan
darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk
plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti
menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas.
Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri
atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum
sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (protein) (Subowo, 1992: 54).
B.
Komponen Darah Manusia
ü Sel-Sel
Darah
Sel-sel darah merupakan sel-sel hidup. Anda dapat
melihat adanya dua lapisan dari darah yang didiamkan. Lapisan atas berupa
cairan darah atau plasma darah. Lapisan bawah merupakan sel-sel darah yang
terdiri dari eritrosit (sel-sel darah merah), leukosit (sel-sel darah putih),
trombosit (keping-keping darah atau sel pembeku darah). Setiap bagian dari
sel-sel darah ini memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
a.
Sel darah
merah (Eritrosit)
Sel-sel darah merah mempunyai bentuk
cakram, dengan diameter 7,5 m dan ketebalan 2 m.
Tengah-tengah dari cakram tersebut lebih tipis(1 m) daripada
tepinya. Bentuk “bikonkaf” yang menarik ini mempercepat pertukaran gas-gas
antara sel-sel dan plasma darah. Pada orang dewasa, sel darah merah dibentuk
dari sel-sel “pokok” yang terletak dalam sumsum tulang, terutama dalam
tulang-tulang rusuk, sternum(tulang dada), dan vertebra(tulang-tulang
belakang). Pada waktu mula-mula dibentuk, sel darah merah mempunyai sebuah
nukleus dan hemoglobin tidak begitu banyak. Akan tetapi, ketika dewasa jumlah
hemoglobin dalam sel naik sampai 280 juta molekul – menunjukkan 90% bobot
bersih sel. Kemudian pada akhir dari proses sintesis hemoglobin ini, nukleus diperas
keluar dari sel. (Kimball,1990:516).
b.
Sel darah
putih (Leukosit)
Leukosit merupakan sel yang memiliki
fungsi khusus untuk mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme. Leukosit
merupakan sel yang memiliki sifat seperti Amoeba, yaitu bentuknya dapat
berubah-ubah, leukosit dapat bergerak bebas, bahkan dapat keluar dari pembuluh
darah dan masuk ke dalam jaringan lain yang terinfeksi mikroorganisme. Ukuran
leukosit lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya dalam tubuh lebih
sedikit. Darah manusia memiliki lima macam leukosit tetapi berdasarkan ada dan
tidaknya granuler pada selnya. Kelima macam leukosit tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu leukosit yang bergranuler (granulosit)
dan tidak bergranula(agranulosit) (Waluyo,2010:178).
c.
Keping darah
Trombosit atau keping-keping darah
memiliki bentuk tidak teratur, tidak memiliki inti sel dan berukuran sangat
kecil(hanya berdiameter 2 m). Jumlahnya di dalam darah sekitar
150-400 ribu/ . Trombosit
berperan dalam proses pembekuan darah apabila terjadi luka pada pembuluh darah,
dengan demikian darah tidak banyak terbuang. Trombosit beredar di dalam darah
dan dibentuk oleh sel-sel besar yang ada di dalam sumsum tulang. Mekanisme
pembekuan darah adalah sebagai berikut. Saat pembuluh darah terluka atau
terpotong, darah akan keluar. Trombosit akan pecah dan membebaskan enzim
trombokinase. Enzim ini akan mengubah protombin menjadi trombin dengan bantuan
ion kalsium dan vitamin K. Trombin yang terbentuk selanjutnya akan mengubah fibrinogen
menjadi benang-benang fibrin yang akan menutup luka sehingga pendarahan akan
dihentikan (Waluyo, 2010:180).
ü Plasma darah
Plasma darah cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, tersusun atas air, dan bahan terlarut yaitu protein, lemak,
asam lemak, asam amino, glukosa, hormon, enzim, antibodi, garam mineral.
Fungsi dari plasma darah adalah:
·
Sebagai pelarut bahan-bahan kimia
·
Membawa mineral-mineral terlarut, glukosa, asam amino,
vitamin, karbondioksida dan bahan-bahan buangan
·
Menyebarkan panas dari organ yang lebih panas ke organ
yang lebih dingin
·
Menjaga keseimbangan antara cairan di dalam sel dan
cairan di luar sel.
Plasma mengandung protein seperti
lipoprotein, fibrinogen berfungsi dalam pembekuan darah, globulin berperan
dalam pertahanan tubuh, albumin berperan dalam membantu aliran darah dan
mengatur tekanan osmotik darah, antihemophilic globulin berfungsi mencegah
hemofilia, tromboplastin berfungsi dalam proses pembekuan darah bersama
protombin dan fibrinogen, immunoglobulin berfungsi untuk kekebalan
tubuh(abtibodi). Protein-protein tersebut dapat dipisahkan dari plasma dan
membentuk cairan yang disebut serum. (Waluyo,2010:175)
C.
Penggolongan Darah
Dalam teknik slide biasa untuk
penggolongan darah ABO, dua tetes darah yang terpisah dari orang yang akan
diperiksa golongan darahnya diletakkan pada sebuah slide mikroskop. Setetes
serum yang mengandung aglutinin anti A (dari darah golongan B) diteteskan pada
salah satu tetes darah sedangkan tetes serum yang mengandung aglutinin anti B
(dari darah golongan A) diteteskan pada tetes darah lainnya.
a. Jika serum
anti A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe A (golongan darah A)
b. Jika serum
anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B
(golongan darah B)
c. Jika kedua
serum anti A dan anti B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki
aglutinogen tipe A dan tipe B (golongan darah AB)
d. Jika kedua serum
anti A dan anti B tidak mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut tidak
memiliki aglutinigen (golongan darah O) (Sudjaji, 2005:38)
Kebalikan dari antigen adalah
antibodi, setiap golongan darah memiliki antibodi yang berbeda dibandingkan
antigen yang dipunyainya semisal golongan darah A memiliki antibodi B, golongan
darah B memiliki antibodi A sedangkan golongan AB tidak memiliki antibodi,
untuk golongan darah O memiliki kedua antibodi A dan B (Lelono, 2002: 31).
Golongan darah pada manusia ada 3
macam, yaitu : sistem ABO, sistem MN, dan sistem rhesus (Rh).
ü Golongan Darah Sistem ABO
Sistem ABO yang sering digunakan
yaitu ditemukan oleh K. Landsteiner pada tahun 1900, menggolongkan darah
manusia menjadi 4 macam diantaranya:
·
Golongan darah
A, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A dan
serumnya dapat membuat aglutinin (beta).
·
Golongan
darah B, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen B dan
serumnya dapat membuat aglutinin (alfa).
·
Golongan
darah AB, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya mengandung aglutinogen A
dan aglutinogen B, tetapi serumnya tidak dapat membuat aglutinin.
·
Golongan
darah O, yaitu apabila di dalam sel darah merahnya tidak terdapat aglutinigen,
tetapi serum darahnya dapat membuat aglutinin alfa dan aglutinin beta
(Waluyo,2010:173).
Golongan darah manusia ditentukan
berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan
darah tersebut dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1) Individu
dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum
darahnya. Sehingga orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima
darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
2) Individu
dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga
orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah B-negatif atau O-negatif.
3) Individu
dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga orang dengan
golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah
ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
4) Individu
dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga orang dengan golongan darah
O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO
apapun dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah
O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif
(Winotasara,1993:53).
Lebih
jelasnya penggolongan darah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1 Kecocokan
RBC
ü Golongan Darah Sistem MN
Pada tahun 1972, K. Landsteiner dan P. Levine telah
menemukan golongan darah sistem MN, akibat ditemukannya antigen M dan antigen N
pada sel darah merah manusia. Sistem ini digolongkan menjadi 3 jenis yaitu:
· Golongan
darah M, mengandung antigen M
· Golongan
darah N, mengandung antigen N
· Golongan
darah MN, mengandung antigen M dan antigen N
(Waluyo,2010:174).
ü Sistem Rhesus
Pertama kali ditemukan pada jenis
kera oleh Landsteiner dan Weiner. Orang yang memiliki antigen rhesus dinamakan
rhesus positif (Rh+). Sedang yang tidak dinamakan rhesus negatif (Rh-). Sistem
ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan
terhadap alel rh. (Waluyo, 2010:175).
Pada sistem
Rhesus dikenal 2 jenis darah yaitu Rhesus + dan Rhesus -. Rhesus + mengandung
antigen faktor Rhesus dalam eritrositnya, tak ada aglutininnya dalam plasma.
Sedangkan orang yang berjenis Rhesus – tak mengandung antigen faktor Rhesus,
juga tak mengandung aglutininnyadalam plasma. Kalau donor Rh+, resipien Rh- tak
terjadi penggumpalan karena pada darah resipien itu tidak ada aglutininnya.
Kalau donor Rh-, resipien Rh+ juga tak terjadi penggumpalan karena tak ada
aglutinin resipien dan tak ada antigen donor yang harus digumpalkan.
1.
Pengaruh Penggolongan Darah
a.
Tipe
Golongan Darah A
Tipe golongan darah A lebih membutuhkan pemanfaatan
nutrisi dari sumber karbohidrat. Terjadi adaptasi biologis dari struktur
pencernaan tipe A. Rendahnya asam klorida pada lambung dan tingginya enzim
disakarida pada usus pencernaan membuat pencernaan karbohidrat lebih efisien,
ini juga membuat tipe A sulitmencerna dan menguraikan protein hewani dan lemak.
b.
Tipe
Golongan Darah B
Membutuhkan protein hewani dan sayuran seimbang. Tipe
B cenderung lebih sehat secara fisik dan mental daripada jenis darah lainnya.
Tipe B cendarung memiliki kemampuan lebih besar untuk beradaptasi dengan tinggi
adalah statistik tertinggi dari jenis darah. Makanan yang harus dihindari oleh
tipe darah B adalah ayam. Ayam berisi aglutinating lektin darah B dalam
jaringan ototnya, makanan yang bermanfaat : kambing, sayur-sayuran hijau,
telur, dan susu rendah lemak.
c.
Tipe Golongan
Darah O
Jenis O adalah golongan darah pertama. Tipe O
dapat kuai dan produktif, ketika respon stress. Serta bias salah satu
dari kemarahan, hiperaktif, dan impulsif. Perubahan sifat terjadi disebabkan
dari pola makan yang buruk, kurangnya olahraga, perilaku kurang sehat atau
tingkat stres meningkat. Masalah kesehatannya cenderung karena pencernaan.
d.
Tipe
Golongan Darah AB
Merupakan jenis darah terbaru. Sepulu atau dua abad
lalu tidak ada jenis darah AB. AB merupakan hasil dari pembaruan Tipe A dan B.
jenis darh AB memiliki kualitas unik seperti bunglon, jenis AB memiliki panduan
sifst dari keduanya. Dari segi kesehatan memiliki asam lambung rendah tipe A
dan memiliki adaptasi tipe Buntuk daging. Janis AB harus menghindari kafein dan
alkohol, terutama ketika dalamkeadadn stres. Dianjurkan agar tetap focus pada
makanan seperti tahu, makanan laut, susu dan sayuran hijau jika untuk
menurunkan berat badan (Gabriel, 2005:62).
IV. METODE
PRAKTIKUM
v Alat dan
Bahan
Alat
a.
Alat Mikroskop
b.
Tusuk gigi
c.
Pinset
d.
Pensil
e.
Lanset/ jarum steril
f.
Gelas Obyek
v Bahan
a.
Serum A dan
B
b. Alkohol 70%
c.
Kapas
d. Darah segar
manusia
v Cara Kerja
|
Membagi
sisi gelas obyek menjadi dua bagian yang sama, dengan manarik garis tengah
lurus dengan menggunakan pensil. Di pojok kiri atas gelas obyek menuliskan A
dan di pojok kanan atas menuliskan B, kemudian meletakkan gelas obyek pada
selembar kertas putih.
|
|
Mencuci
tangan probandus sampai bersih, mengambil segumpal kapas dengan pinset,
celupkan ke dalam alkohol dan menggosokkan pada ujung jari manis tangan
probandus. Membiarkan alkohol mengering, kemudian menusuk bagian tersebut dengan
menggunakan lanset yang telah
disterilkan. Menempatkan setetes darah pada bagian A dan B gelas obyek.
|
|
Meneteskan
segera serum A pada bagian A gelas obyek, kemudian mengaduknya sampai merata
dengan tusuk gigi.
|
|
Meneteskan
segera serum B pada bagian B gelas
obyek, kemudian mengaduknya sampai merata dengan tusuk gigi.
|
|
Menutup
bekas tusukkan dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam alkohol.
|
|
Membandingkan
kedua bagian A dan B pada gelas obyek, jika:
a) Terjadi penggumpalan pada bagian
A, probandus bergolongan darah A
b) Terjadi penggumpalan pada bagian
B, probandus bergolongan darah B
c) Terjadi penggumpalan pada bagian A
dan B, probandus bergolongan darah AB
d) Tidak terjadi penggumpalan, probandus
bergolongan darah O
|
V.
HASIL PENGAMATAN
|
Nama
|
A
|
B
|
Golongan Darah
|
|
Fiqih
|
AB
|
||
|
Rahmawati
|
A
|
||
|
Hartini
|
B
|
||
|
Asura
|
O
|
||
|
Firman
|
O
|
||
|
Rosita
|
A
|
||
|
Sindy
|
O
|
Tabel 5.1 Tabel Golongan Darah
Probandus
Keterangan:
:
Tidak menggumpal
:
Menggumpal
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai golongan darah pada manusia, dilakukan untuk
mengetahui golongan darah seseorang dan mengetahui penggolongan darah pada
manusia. Untuk mengetahui golongan darah pada seseorang dapat dilakukan dengan
menetesi darahnya dengan serum A dan serum B. Serum A mengandung aglutinin yang
dapat menggumpalkan golongan darah A, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap
golongan darah B dan O. Sedangkan serum B mengandung aglutinin yang dapat
menggumpalkan golongan darah B, tetapi tidak ada pengaruhnya terhadap golongan
darah A dan O. Itu terbukti jika serum A dapat menggumpalkan darah namun serum
B tidak dapat menggumpalkan darah maka orang tersebut bergolongan darah A. Jika
serum A tidak dapat menggumpalkan darah namun serum B dapat menggumpalkan darah
maka golongan darah orang tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B
menyebabkan penggumpalan pada darah seseorang maka golongan darah orang
tersebut adalah AB. Namun jika serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan
darah maka darah orang tersebut adalah O.
Seperti ketika dilakukan pengamatan pada ke tujuh probandus, didapatkan
hasil bahwa 2 orang memiliki golongan darah A yaitu Rahmawati dan Rosita, 1
orang memiliki golongan darah B yaitu Hartini, 1 orang memiliki golongan darah
AB yaitu Fiqih, dan 3 orang memiliki golongan darah O yaitu Asura, Firman, dan
Sindy. Pada probandus yang begolongan darah A, apabila ditetesi dengan serum A
darahnya meggumpal namun ketika ditetesi dengan serum B darahnya tidak
menggumpal. Pada probandus yang bergolongan darah B, ditetesi serum A tidak
terjadi penggumpalan namun ketika ditetesi serum B darahnya menggumpal. Dan
pada probandus yang memiliki golongan darah O, ketika darahnya ditetesi serum A
maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Sedangkan Pada golongan darah AB,
jika darahnya ditetesi dengan serum A maupun serum B akan terjadi penggumpalan.
Hasil yang
ditunjukkan test darah tersebut ditunjukkan hasilnya berbeda-beda untuk setiap
golongan darahnya, ada yang menggumpal dan ada yang tidak menggumpal ketika
ditetesi dengan serum A dan serum B. Hal ini terjadi dikarenakan pada golongan
darah A hanya memiliki zat anti B(aglutinin anti B), sehingga apabila apabila
ditetesi dengan zat anti A(serum A) akan terjadi penggumpalan dan apabila
ditetesi dengan zat anti B(serum B) darah tidak akan menggumpal. Penggumpalan
tersebut dapat menunjukkan golongan darah tersebut yaitu golongan darah A
karena terjadinya pertemuan zat anti yang berbeda dari darah yang ditest dengan
zat anti yang diteteskan pada saat pengujian golongan darah (serumnya).
Untuk
golongan darah B setelah ditetesi dengan serum A tidak terjadi penggumpalan
karena pada golongan darah B hanya memiliki zat anti A namun setelah ditetesi
serum B terjadi pengumpalan karena pada serum B terdapat zat anti B.
Penggumpalan tersebut terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat
anti B dari serum B yang telah diteteskan.Pada golongan darah AB setelah
ditetesi dengan serum A maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi
karena golongan darah AB tidak memiliki zat anti A maupun zat anti B namun
memiliki antigen(aglutinogen) yaitu antigen A dan B. Sehingga ketika ditetesi
dengan serum A dan serum B tejadi penggumpalan.Namun pada golongan darah O
setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B tidak terjadi penggumpalan. Hal
ini terjadi karena golongan darah O memiliki zat anti A dan zat anti B sehingga
jika jika diberi serum A(zat anti A) dan serum B(zat anti B) tidak adan terjadi
penggumpalan karena golongan darah O
memiliki zat
anti keduanya maka akan menolak(tidak menggumpal) jika bertemu dengan zat anti
A maupun B dari serum yang diteteskan.
Dari penjelasan mengenai penggumpalan di atas, dapat
diketahui penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu
golongan darah A, B, AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau
aglutinogen A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B atau zat anti B
pada plasmanya. Golongan darah B memiliki aglutinogen B pada sel darahnya dan
memiliki aglutinin anti A pada plasmanya. Golongan darah AB memiliki
aglutinogen A dan B namun tidak memiliki aglutinin pada plasmanya. Sedangkan
golongan darah O tidak memiliki aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki
aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
Penggolongan darah ini sangat penting dalam proses
transfusi darah. Transfusi darah adalah pemberian darah dari seseorang yang
disebut donor, kepada orang yang memerlukan yang disebut resipien. Golongan
darah AB tidak memiliki zat anti pada plasmanya sehingga seseorang dengan
golongan darah AB dapat menerima darah dari orang golongan darah ABO apapun (A,
B, AB dan O) dan disebut resipien universal. Namun golongan darah AB
tidak dapat mendonorkan darahnya kecuali pada sesama AB. Sedangkan karena
golongan darah O memiliki zat anti A maupun zat anti B, maka golongan darah O
dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun (A, B,
AB dan O) dan disebut donor universal. Namun orang dengan golongan darah
O hanya dapat menerima darah dari sesama golongan darah O.Pada praktikum,
apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri
atas unsur terbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum
sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin (protein). Apabila
pembekuan dicegah maka perbandingan antara unsur terbentuk yang sebagian besar
merupakan sel-sel darah merah, dan plasma adalah sekitar 40-50%. Pada laki-laki
dewasa perbandingan ini tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Bagian cairan yang merupakan plasma atau serum
mengandung bermacam-macam zat yang dapat
dikategorikan dalam beberapa golongan yaitu :
1.
Golongan lemak atau lipid (kolesterol, trigliserida).
2.
Golongan karbohidrat (glukosa).
3.
Golongan protein (albumin, globulin, fibrinogen).
4.
Golongan enzim (amilase, transaminase, LDH, CPK).
5.
Golongan hormon (insulin, adrenalin, estrogen).
6. Golongan vitamin (vitamin A, vitamin K, vitamin B).
7. Golongan mineral (zat besi, kalium, Natrium,
chlorida).
8. Golongan zat warna (bilirubin).
9. Golongan ampas metabolik (urea, kreatinin, asam urat).
VII. PENUTUP
Kesimpulan
a.
Golongan
darah sistem ABO digolongkan menjadi 4 golongan yaitu golongan darah A, B, AB
dan O.
·
Seseorang dengan golongan darah A memiliki aglitinogen
A pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti B pada plasmanya.
·
Seseorang dengan golongan darah B memiliki aglutinogen
B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya.
·
Seseorang dengan golongan darah AB memiliki
aglutinogen A dan B pada sel darahnya, namun tidak memiliki aglutinin anti A
maupun anti B pada plasmanya.
·
Seseorang dengan golongan darah O tidak memiliki
aglutinogen A maupun aglutinogen B pada sel darahnya, namun memilki aglutinin
anti A dan anti B pada plasmanya.
b.
Jika serum A
dapat menggumpalkan darah namun serum B tidak dapat menggumpalkan darah, maka
orang tersebut bergolongan darah A. Jika serum A tidak dapat menggumpalkan
darah namun serum B dapat menggumpalkan darah, maka golongan darah orang
tersebut adalah B. Dan jika kedua serum A dan serum B menyebabkan penggumpalan
pada darah seseorang maka golongan darah orang tersebut adalah AB. Namun jika
serum A dan Serum B tidak dapat menggumpalkan darah maka darah orang tersebut
adalah O.
Saran
Dalam praktikum uji golongan darah pada manusia ini,
jangan sekali-sekali menggunakan jarum yang telah digunakan oleh probandus
lain. Karena ditakutkan adanya penularan sebuah penyakit dari probandus
sebelumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Moekti. 2008. Praktis Belajar Biologi. Jakarta:
Grasindo
Subowo. 1992. Histologi
Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Kimball, John W.
1990. Biologi Edisi Kelima
Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember :
Universitas Jember
Sudjaji. 2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan 2A.
Surabaya : Yudhistira
Lelono,
Asmoro. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi
Umum. Jember: Universitas Jember
Winotasara dkk.
1993. Biologi Umum. Jakarta: Depdikbud
Gabriael,J.F. 2005. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar