Macam-macam
tanda bahaya pada persalinan adalah sebagai berikut :
1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules
Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia
karena pertolongan didaerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan
lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan
atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah
persalinan lama yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998 )
Penyebab persalinan lama atau
kasep diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan
kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan
yang salah, dan primi tua primer dan sekunder.
2.
Tali pusat atau
tangan bayi keluar dari jalan lahir (
Sastrawinata, 2004)
a. Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika
disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada
letak bahu tidak disebut letak majemuk begitu pula adanya kaki disamping bokong
pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.Pada letak kepala dapat
terjadi :
1) tangan
menumbung
2) lengan
menumbung
3) kaki
menumbung
4) Tali Pusat
Menumbung (Prolaps Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih
rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali
pusat menumbung.Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat
terkemuka.
Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu
secara langsung, namun sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat
tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul
asfiksia.Bahaya terbesar bila anak letak kepala karena bagian yang menekan tali
pusat itu bundar dan keras.
3.
Ibu tidak kuat
mengejan atau mengalami kejang
Menurut Saifudin dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, apabila seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan
atau mengalami kejang penanganan umum yang harus dilakukan adalah :
a.
Jika Ibu tidak
sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang
ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
b.
Segera lakukan
penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan
pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien
atau keluarganya.
c.
Jika pasien
tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1. Periksa dan bebaskan jalan nafas
2. Jika tidak bernafas, mulai
ventilasi dengan masker dan balon
3. Intubasi jika perlu
4. Jika pasien bernafas, beri
oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula nasal.
d.
Jika pasien
tidak sadar/ koma
1) Bebaskan jalan nafas
2) Baringkan pada sisi kiri
3) Ukur suhu
4) Periksa apakah ada kaku tengkuk
e.
Jika pasien
syok ; lihat penglihatan syok
f.
Jika ada
perdarahan; lihat penanganan perdarahan
g.
Jika kejang :
1) Baringkan pada sisi kiri; tempat
tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi
sekret, muntahan, atau darah.
2) Bebaskan jalan nafas
3) Hindari jatuhnya pasien dari
tempat tidur
4) Lakukan pengawasan ketat
h.
Jika
diagnosisnya eklampsia, berikan magnesium sulfat
i.
Jika penyebab
kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil mencari penyebab
lainnya.
4.
Air ketuban
keruh dan berbau
Amnionitis dan Korioamnionitis, (Varney, 2002) :
Tanda dan Gejala :
a. Demam maternal
b. Takikardi janin
c. Nyeri tekan pada uterus
d. Peningkatan suhu vagina (hangat
apabila disentuh)
e. Cairan amnion berbau busuk
f. sel darah putih meningkat meningkat
5.
Setelah bayi
lahir, ari-ari tidak keluar
Retensio plasenta adalah
terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan.
(Manuaba, 1998)
Pada
beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio
plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio
karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu
diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi
dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.
6.Ibu gelisah atau mengalami
kesakitan yang hebat
Tindakan Pendukung dan Penenang
selama Persalinan, (Varney, 2002)
Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan.
Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skenario persalinan.
Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fisiologis
terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan
intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar