Resep
no.
: 027
Bentuk
Sediaan : Kapsul
A. Dasar Teori
Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Sediaan ini dibuat untuk mengemas racikan obat yang terdiri
dari beberapa macam bahan dengan dosis yang sesuai. Istilah kapsul berasal dari
bahasa latin “capsula” yang berarti kotak kecil.
Oleh karena itu, pada abad XIX ada masalah dengan rasa dan bau obat yang
tidak enak, khususnya herbal sehingga diciptakannya kapsul. Sediaan dalam
bentuk kapsul sangat menguntungkan karena rasa dan bau yang tidak mengenakkan,
dapat tertutupi sehingga semakin mudah untuk ditelan atau dikonsumsi. Selain
itu juga, lebih cepat mengerjakannya dibanding sediaan lain berupa tablet dan
pil yang memerlukan zat tambahan. Disamping bentuknya yang menarik dan praktis,
keuntungan lainnya dari sediaan kapsul yaitu, dokter dapat mengkombinasikan
beberapa macam obat dan dosis yang berbeda sesuai kebutuhan pasien.
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkag kapsul, keras atau
lunak. Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan
lain (Anonim, 1979). Dalam Formularium Nasioanl, kapsul didefinisikan
sebagai sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa
cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar (Anonim, 1978).
Bentuk kapsul bermacam – macam, misalnya bulat, oval, panjang, dan
silinder. Biasanya kapsul dibuat dari gelatin USP yang dikeruhkan dengan TiO2 (putih)
dan diberi warna bervariasi sesuai dengan yang diinginkan untuk
membedakan isinya. Biasanya tutup wadahnya diberi warna yang berbeda.
Ukuran kapsul juga dibedakan oleh panjang dan diameter dari kapsul yang
dinyatakan dalam angka – angka. Kapasitas muatannya tergantung dari jenis zat
yang dimasukkan. Biasanya bila voluminius, kapasitasnya lebih kecil
(Chaerunnisa, dkk, 2009).
Ukuran cangkang kapsul bermacam – macam dan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
|
Ukuran
|
Perkiraan Volume (ml)
|
Perkiraan Jumlah Serbuk
|
|
000
|
1,4
|
0,43 – 1,8 gr
|
|
00
|
0,95
|
0,39 – 1,3 gr
|
|
0
|
0,68
|
325 – 900 mg
|
|
1
|
0,5
|
227 – 650 mg
|
|
2
|
0,37
|
200 – 520 mg
|
|
3
|
0.3
|
120 – 390 mg
|
|
4
|
0,21
|
100 – 260 mg
|
|
5
|
0,13
|
65 – 130 mg
|
(Ansel & Prince, 2006).
Kebanyakan kapsul – kapsul yang beredar di pasaran adalah kapsul yang
semuanya dapat ditelan oleh pasien untuk keuntungan dalam pengobatan. Kapsul
gelatin keras merupakan jenis yang digunakan oleh ahli farmasi dalam
menggabungkan obat – obat. Kapsul gelatin lunak mengandung lebih banyak uap air
daripada kapsul keras, sehingga pada pembuatannya ditambah bahan pengawet untuk
mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Persiapan pengisian kapsul
dapat dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah persiapan dan
pengembagan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul. Kedua, pengisian cangkang
kapsul. Ketiga, pembersihan dan pemolesan kapsul (Ansel, 1989).
B. Resep
1. Resep yang dikerjakan pada praktikum
Kapsul
R/ tetracyclin 500 mg
m.f caps. dtd. No X
Pro: Bp. Sutarto
Keterangan :
|
No
|
Singkatan
|
Bahasa Latin
|
Arti
|
|
1.
|
R/
|
Recipe
|
Ambillah
|
|
2.
|
Caps.
|
Capsulae
|
Kapsul
|
|
3.
|
Pro
|
pro
|
Untuk
|
|
4.
|
m.f.caps. dtd No. X
|
Misce fuc capsulae da tales doses numero X
|
Campur dan buatlah masukkan ke dalam kapsul berilah sesuai dengan takaran
sebanyak sepuluh kapsul
|
2. Khasiat Obat
Bruselosis,
batuk rejan, pneumonia, demam yang disebabkan oleh Rickettsia, infeksi saluran
kemih, bronkitis kronik. Psittacosis dan Lymphogranuloma inguinale. Juga untuk
pengobatan infeksi-infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus pada penderita yang peka terhadap penisilin, disentri amuba,
frambosia, gonore dan tahap tertentu pada sifilis.
Tetracycline
merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal
16S-30S dan cara kerja antibiotik ini mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari
situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi
protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan
gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.
3. Perhitungan Dosis
v Dewasa: 4 kali sehari 250 mg – 500 mg.
Lama pemakaian:
Kecuali apabila terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan Tetracycline kapsul hendaknya
paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar kuman-kuman penyebab penyakit
dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah terjadinya resistansi bakteri
terhadap tetrasiklin.
( Lengkapi lagi yaw untuk
perhitungan dosisnya……………………………………
4. Cara Kerja
Tetrasiklin HCl termasuk golongan tetrasiklin, mempunyai spektrum luas dan
bersifat bakteriostatik, cara kerjanya dengan menghambat pembentukan protein
pada bakteri.
v Tetrasiklin membentuk kompleks khelat dengan ion-ion kalsium, magnesium,
besi dan aluminium. Maka sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan tonikum-tonikum
yang mengandung besi atau dengan antasida berupa senyawa aluminium, amgnesium.
Susu mengandung banyak kalsium, sehingga sebaiknya tidak diminum bersamaan
dengan susu.
v Pengobatan dengan tetrasiklin jangan dikombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin.
v Karbamazepin dan fenitoin: menurunkan efektifitas tetrasiklin secara oral.
v Tetrasiklin akan memperpanjang kerja antikluogulan kumarin, sehingga proses
pembekuan akan tertunda.
5. Etiket
Laboratorium STIKES
No :
027
Selasa, 27 November 2012
Bp. Sutarto
4 x sehari 1 kapsul
Diminum sampai habis
Sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
C. Pembahasan
Dalam Farmakope Indonesia Edisi III, kapsul adalah bentuk sediaan obat
terbungkus cangkag kapsul, keras atau lunak. Cangkang kapsul dibuat dari
gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain. Bentuk kapsul bermacam – macam,
misalnya bulat, oval, panjang, dan silinder. Warna kapsul dibuat bervariasi
sesuai dengan yang diinginkan untuk membedakan isinya.
Pada praktikum ini dibuat obat dalam bentuk kapsul. Pada dasarnya sediaan
kapsul sudah tepat diberikan untuk pasien dewasa, karena pada umumya orang
dewasa tidak mengalami kesulitan dalam mengonsumsi obat. Selain itu, pembuatan
obat dalam bentuk kapsul juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya : bisa
menutupi obat atau zat – zat yang rasa dan baunya kurang enak; tidak diperlukan
zat tambahan (corigens), seperti corigens coloris (warna), corigen odoris
(bau), corigens saporis (rasa); tidak memerlukan zat tambahan atau zat pengisi;
cepat melepaskan zat berkhasiatnya dalam jumlah yang seragam dan segera bekerja
pada lambung; berdasarkan warna dapat dibedakan isi kapsul; dan lain – lain.
Namun, obat dalam sediaan kapsul juga memiliki beberapa kerugian,
diantaranya : tidak sesuai untuk bahan obat yang mudah larut (KCl, KBr, NH4Br,
CaCl2) karena dapat mengiritasi lambung; tidak cocok untuk zat – zat yang mudah
menguap karena pori – pori kapsul tidak bisa menahannya; pada kelembaban tinggi
kapsul akan berubah bentuk, pada kelembaban rendah sifatnya rapuh sehingga
pewadahan harus dalam pot gelas disimpan di tempat sejuk dan kering.
HASIL LAPORAN PRAKTIKUM
III. KAPSUL
Selasa, 27
November 2012
R/ tetracyclin 500 mg
m.f caps. dtd. No X
Pro: Bp. Sutarto
1.
Problema
Resep
1)
Tujuan
Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
v Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
v Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
v Lebih enak dipandang
v Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
v Mudah ditelan.
2) Jumlah Penimbangan Bahan Obat
Tetracyclin, sebanyak 500x10 = 5000mg
3) Etiket yang Digunakan
Laboratorium STIKES
Respati
Yogyakarta
No : 027 Selasa, 27 November 2012
Bp. Sutarto
4 x sehari 1 kapsul
Diminum sampai habis
Sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
2. Cara Pembuatan
1) Timbang tetracyclin yang dibutuhkan,
sebanyak 500 x10 = 5000 mg
2) Gerus tetracyclin dalam mortir, bagi sama
banyak sesuai resep, seperti pada pulveres.
3) Masukkan serbuk tetracyclin yang sudah
dibagi masing-masing ke dalam cangkang kapsul yang sesuai dengan ukuran dan
ditutup.
4) Bersihkan kapsul dengan lap kering dan
bersih.
5) Masukkan ke dalam plastic dan beri etiket.
3. Permasalahan
1) Tujuan Pengobatan Tetracyclin
Tetracycline
merupakan obat spektrum luas pertama dan telahdigunakan sewenang-wenang.
Merupakan obat terpilih untuk infeksiMycoplasma pneumoniae, Clamidia, serta
ricetsia. Obat ini juga berguna.
untuk infeki bakteri campuran
infeksi saluran pernafasan misalnya sinusitisdan bronchitis.
Dapat digunakan untuk infeksi Vibrio dan kolera namunresistensi
telah dilaporkan.Tetracycline efektif untuk infeksi
infeksi melalui hubungan seksualyang disebabkan clamidia. Doxycycline
efektif terhadap leptospirosis. Untuk protozoa yang dapat dihabat
oleh tetracycline adalah Entamoeba hitolitika atauPlasmodium falciparum
(Doxicycline)
2) Perhitungan Dosis Obat
v Dewasa: 4 kali sehari 250 mg – 500 mg.
Lama pemakaian:
Kecuali apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pengobatan dengan
Tetracycline kapsul hendaknya paling sedikit berlangsung selama 3 hari, agar
kuman-kuman penyebab penyakit dapat terberantas seluruhnya dan untuk mencegah
terjadinya resistansi bakteri terhadap tetrasiklin.
v Anak-anak di atas 8 tahun: sehari 25 – 50 mg/kg berat badan dibagi dalam 4
dosis, maksimum 1 g.
Diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
3) Efek samping Tetracyclin
Efek samping yang bisa timbul
antara lain :
a)
Efek samping
pencernakan seperti mual, muntah dan diare karena mengubah flora normal. Hal
ini merupakan alasan penghentian dan pengurangan pemberian tetracycline.
b)
Penumpukan
di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontraindikasi pemberian pada
ibu hamil karena dapat menumpuk di gigi janin yang menyeabkan kekuning-kuningan
pada gigi serta penumpukan di tulang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada
janin dan anak umur dibawah 8 tahun.
c)
Hepatotoksis
juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis besar atautelah terjadi
insuficiensi hepar sebelumnya.
d)
Trombosis
vena dapat terjadi pada pemberian IV
e)
Hiperfotosensitif
terutama demeclocycline
f)
Reaksi
vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah (minocycline)
g)
Gangguan
gastrointestinal seperti: anoreksia, pyrosis, vomiting, flatulen dan diare.
h)
Reaksi
hipersensitif seperti: urtikaria, edema, angioneurotik, atau anafilaksis.
i)
Jarang
terjadi seperti: anemia hemolitik, trombositopenia,neutropenia dan eosinofilia.
4) Lama Pengobatan Antibiotic
Karena biasanya antibiotika
bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada
bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang 'kebal' terhadap antibiotika.
Itulah
sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan
bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak
terjadi. Penggunaan antibiotika yang 'tanggung' hanya membuka peluang munculnya
tipe bakteri yang 'kebal'.
5) Aturan Pakai
Hendaknya diminum dengan
segelas penuh air +/- 240 ml untuk meminimkan iritasi saluran pencernaan.
v Sebaiknya tetrasikli tidak diberikan pada kehamilan 5 bulan terakhir sampai
anak berusia 8 tahun, karena menyebabkan perubahan warna gigi menjadi kuning
dan terganggupertumbuhan tulang.
v Penggunaan tetrasiklin pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal,dapat
menimbulkan efek komulasi.
v Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan fungsi hati, wanita
menyusui.
v Jangan minum susu atau makanan produk susu lainnya dalam waktu 1 – 3 jam
setelah penggunaan Tetrasiklin.
6) Sediaan Obat Brand Name Yang Beredar Di Perdagangkan
Cari di iso dan mims ?
D. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1)
Kapsul
adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkag kapsul, keras atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dengan atau tanpa zat tambahan lain.
2)
Obat ini
berkhasiat untuk mengobati faringitis, laryngitis, bronkio pneumonia,
sinusitis, infeksi saluran pencernaan, saluran kencing, kulit, dan jaringan
lunak.
E. Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1978, Formularium
Nasional, Edisi II, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Ansel, H.C. & Prince,
S.J., Kalkulasi Farmasetik (Panduan Untuk Apoteker), Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Chaerunnisaa, A.Y., 2009, Farmasetika Dasar, Widya Padjadjaran, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar