KETERAMPILAN DASAR PRAKTEK
KLINIK (KDPK)
PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA – TANDA
VITAL
Disusun oleh : paulina lambu
Kelas : A12.2
D-3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur
kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prosedur Pemeriksaan tanda-tanda
vital”
Makalah ini merupakan tugas mata
kuliah Keterampilan Dasar Praktek Klinik Kebidanan (KDPK), dalam penyusunan
makalah penulis mendapatkan bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis
menyadari masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan sumbang saran
yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa d-3 kebidanan
universitas Respati Yogyakarta
Yogyakarta, Juni 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Dalam lingkungan masyarakat,
kesehatan itu penting untuk dipelihara. Peran tenaga medis juga penting untuk
memberi pengetahuan tentang kesehatan. Agar masyarakat tetap menjaga kesehatan
dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring berjalannya zaman yang semakin
modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju.
Untuk itu di perlukan beberapa peran penting bagi masyarakat mengenai
kesehatan.
Pemeriksaan tanda vital adalah cara
untuk mendeteksi perubahan system yang ada di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut
nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Perubahan tanda vital
dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau kelelahan. Perubahan tersebut
merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan tanda vital
yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan perawat
digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya
merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan
terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda
vital pada pasien tentu berbeda dengan pasien yang lainnya. Tingkat kegawattan
dan penanganan pasien juga berbeda beda, mulai dari yang keadaan kritisi hingga
dalam keadaan pasien yang sakit ringan. Prosedur pameriksaan tanda vital yang
dilakukan pada pasien meliputi pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi,
pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah. Hal inilah yang membuat
penulis membuat makalah yang berjudul “PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA VITAL”
yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan makalah ini maka rumusan
masalahnya adalah membahas pengertian dari masing masing tanda vital,
tujuan, peralatan dan perlengkapan, pelaksanaan, dan keadaan normal yang
seharusnya.
1.3 TUJUAN
Untuk
mengetahui keadaan kesehatan pasien dalam tubuh pada. Yang penulis anggap
masalah ini sangat kompleks dan sangat menarik untuk menambah pengetahuan
pembaca khusunya pada tenaga medis .
1.4 MANFAAT
1. Agar
masyarakat mengetahui tentang pengertian, dan prosedur pelaksanaan tanda-tanda
vital.
2. Agar
masyarakat mengetahui tentang tujuan dalam pemeriksaan pada tanda-tanda vital.
3. Agar
masyarakat mendapatkan informasi tentang tanda-tanda vital.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MENGUKUR
SUHU BADAN
2.1.1 PENGERTIAN
Mengukur suhu badan pasien dengan thermometer,
dilakukan pada ketiak (axila), mulut (loal), atau pelepasan (anus).
2.1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui suhu badan pasien, apakah suhu
badannya normal atau tidak.
2.1.3 PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Baki yang berisi :
·
Termometer
·
Botol
larutan sabun
·
Botol larutn
klorin 0.5%
·
Botol air
bersih
·
Kassa atau
tissue
·
Bengkok
·
Sarung
tangan
·
Waskom larutan
klorin 0,5%
·
Buku catatan
suhu
2.1.4
PELAKSANAAN
a) Pengukuran
suhu pada ketiak :
1) Bila perlu
lengan pasien dibuka, dan ketiaknya harus dikeringkan terlebih dahulu
2) Periksa
thermometer apakah air raksa tepat pada angka nool, lalu jepitkan tepat
ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipat ditengah dada.
3) Setelah 10
menit, thermometer diangkat dan langsung dibaca dengan teliti, kemudian catat
hasilya.
4) Thermometer
dicelupkan ke dalam larutan sabun, lalu dilap dengan kassa atau tissue,
kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan
dengan air bersih dan dikeringkan
5) Thermometer
diletakkan pada tempatnya dan dapat dipakai untuk pasien berikutnya.
b) Pengukuran
suhu tubuh pada mulut:
1) Untuk tiap
pasien harus digunakan satu thermometer
2) Letakan
ujungnya sampai batas reservoair dibawah lidah pasien
3) Mulut
dikatupkan selama tiga sampai lima menit, kemudian thermometer diangkat, dilap
dengan kassa atau tissue, lalu baca dengan teliti dan catat hasilnya,
4) Peralatan
dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
2.1.5 SUHU BADAN NORMAL
|
NORMAL
|
36,5˚C – 37,5˚C
|
|
HIPOTERMIA
|
< 36˚C
|
|
FEBRIS/PANAS
|
>37,5 ˚C
|
2.2
MENGHITUNG DENYUT NADI
2.2.1 PENGERTIAN
Menghitung
denyut nadi dengan cara meraba :
1) Arteri
radialis pada pergelangan tangan
2) Arteri
brachialis pada siku bagian dalam
3) Arteri
carotis pada leher
4) Arteri
temporalis pada pelipis
5) Arteri
femoralis pada lipatan pada (selangkangan)
6) Arteri
dorsalis padis pada kaki
7) Arteri
frontalis pada ubunn-ubunn (bayi)
2.2.2 TUJUAN
Untuk
mengetahui jumlah denyut nadi atau kardiovaskuler selama satu menit.
2.2.3 PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
1) Arloji
tangan dengan penunjuk detik atau dengan polsteller
2) Buku catatan
suhu dan nadi
2.2.4 PELAKSANAAN
1) Menghitung
denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu
2) Pada waktu
menghitung denyut nadi, pasien harus benar – benar istirahat dalam posisi
berbaring atau duduk
3) Penghitungan
dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari tengah di atas arteri
selama setengah menit, dan hasilnya dikalikan dua
4) Khusus pada
anak-anak penghitungan dilakukan selama satu menit
5) Hasil
penghitungan dicatat pada buku catatan suhu dan nadi
2.2.5 DENYUT NADI NORMAL
|
Bayi baru lahir
|
140 kali per menit
|
|
Dibawah umur 1 bulan
|
110 kali per menit
|
|
Umur 1 – 6 bulan
|
130 kali per menit
|
|
Umur 6 – 12 bulan
|
115 kali per menit
|
|
Umur 1 – 2 tahun
|
110 kali per menit
|
|
Umur 2 - 6 tahun
|
105 kali per menit
|
|
Umur 6 – 10 tahun
|
95 kali per menit
|
|
Umur 10 – 14 tahun
|
85 kali per menit
|
|
Umur 14 –
18 tahun
|
82 kali per menit
|
|
Umur
diatas 18 tahun
|
60 – 100
kali per menit
|
|
Usia lanjut
|
60 – 70 kali per menit
|
2.3
MENGHITUNG PERNAFASAN
2.3.1 PENGERTIAN
Mengitung
jumlah pernafasan (inspirasi yang diikuti ekspirasi) dalam satu menit.
2.3.2 TUJUAN
Mengetahui sistem fungsi pernapasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan asam basa.
2.3.3 PERLENGKAPAN DAN
PERALATAN
1) Arloji
tangan dengan penunjuk detik
2) Buku catatan
2.3.4 PELAKSANAAN
1) Penghitungan
pernapasan dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu dan denyut nadi
2) Penghitungan
dilakukan dalam satu menit dan hasilnya dicatat
3) Bila ada
kelainan segera laporkan kepada penanggung jawab ruangan atau yang
bersangkutan.
2.3.5 PERNAFASAN NORMAL
Kecepatan/frekuensi
pernapasan normal (eupnea) adalah :
|
BAYI
|
30 – 60 kali/menit
|
|
ANAK
|
20 – 30 kali/menit
|
|
REMAJA
|
15 - 24 kali/menit
|
|
DEWASA
|
16 – 20 kali/menit
|
2.4 MENGUKUR
TEKANAN DARAH
2.4.1 PENGERTIAN
Mengkuru
tekanan darah melalui permukaan dinding arteri.
2.4.2 TUJUAN
Menilai
sistem kardiovaskuler atau menghitung tekanan darah pasien.
2.4.3 PERLENGKAPAN DAN PERALATAN
1) Tensimeter
2) Stetoskop
3) Buku catatan
2.4.4 PELAKSANAAN
1) Jelaskan
pada ibu tindakan yang akan dilakukan
2) Siapkan
peralatan
3) Lengan baju
pasien dibuka atau digulung ke atas
4) Manset
tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada disisi luar
lengan.
5) Pompa
tensimeter
6) Denyut
arteri brachialis diraba, lalu di stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut.
7) Sekrup balon
karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, selanjutnya balon dipompa sampai
denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa didalam pipa gelas naik
8) Sekrup balon
dibuka perlahan-lahan, sehingga air raksa turun, dengarkan bunyi denyutan
pertama
9) Skala
permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut tekanan
sistolik (misalnya 120 mmHg)
10) Dengarkan terus sampai
denyutan yang terakhir. Skala permukaan air raksa pada waktu denyutan terakhir
disebut tekanan distolik (misalnya 80 mmHg)
11) Pencatatan hasil dilakukan
dengan cara sebagai berikut : sistolik diatas, dan distolik di bawah, misalnya
120/80 dengan satuan mmHg.
2.4.5 TEKANAN DARAH NORMAL
a. Nilai normal
tekanan darah
|
UMUR
|
SISTOLIK
(mmHg)
|
DISTOLIK
(mmHg)
|
|
Neonate
|
75 – 105
|
45 – 75
|
|
2 – 6
tahun
|
80 – 110
|
50 – 80
|
|
7 tahun
|
85 – 120
|
50 – 80
|
|
8 – 9
tahun
|
90 – 120
|
55 – 85
|
|
10 tahun
|
95 – 130
|
60 – 85
|
|
11 – 12
tahun
|
95 – 135
|
60 – 85
|
|
13 tahun
|
100 – 140
|
60 – 90
|
|
14 tahun
|
105 – 140
|
65 – 90
|
b. Klasifikasi
hipertensi didasarkan pada nilai diastolik :
|
Hipertensi
ringan
|
92 – 104
mmHg
|
|
Hipertensi
sedang
|
105 – 114
mmHg
|
|
Hipertensi
berat
|
115 mmHg
|
|
Hipertensi
ganas
|
130 mmHg
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah menelaah dan memahami tentang tanda-tanda vital. Dan kesimpulannya
adalah kesehatan pada tubuh kita itu sangat penting. Terutama bagi tanda-tanda
vital seperti denyut nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu badan, dan berat
badan. Bagaimana prosedur pelaksanaan yang berperan penting kepada masyarakat
atau pun pasien dan bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan. Seperti pada
tekanan darah, seiring dengan bertambahnya umur seseorang maka tekanan darah
akan meningkat. Dan emosi ataupun rasa nyeri yang di alami oleh seseorang itu
juga berpengaruh terhadap meningkatnya tekanan darah.
Dengan demikian Suhu tubuh dapat
menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan
fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuansistem
kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Yuni Kusmiati.
2010. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya
Depkes
RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar