DI SUSUN OLEH :
NAMA : PAULINA LAMBU
NIM : 15150056
PRODI
: D-3 KEBIDANAN
KELAS : A.12.2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas berkat rahmat dan kasihNya, sehingga akhirnya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP DIRI” makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah “Keterampilan Dasar Kebidanan”. Kami menyadari banyak
kekurangan dan hal-hal yang perlu ditambahkan pada tugas makalah ini.
Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu kritik dan saran
sangat diharapkan dari para pembaca. Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini dan besar
harapan penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan tentang pembahasan konsep diri keterampilan dasar kebidanan ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa bersama kita amin.
Yogyakarta, 11 Januari 2015
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan Penulisan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Diri.............................................................................
B. Komponen-komponen Konsep Diri...............................................................
C. Macam-macam Konsep Diri..................................................................................
D. Dimensi-dimensi Konsep Diri......................................................................................
E. Perkembangan Konsep Diri.................................................................................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri.....................................................
G.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri...................................................................
A. Pengertian Konsep Diri.............................................................................
B. Komponen-komponen Konsep Diri...............................................................
C. Macam-macam Konsep Diri..................................................................................
D. Dimensi-dimensi Konsep Diri......................................................................................
E. Perkembangan Konsep Diri.................................................................................
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri.....................................................
G.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri...................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Salah
satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri (self consept) merupakan
suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia.
Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan
untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri seseorang
dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut.
Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang. Perkembangan
yang berlangsung kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Segala
keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas
kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai
suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk
seorang perawat memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu
baru bisa memahami klien.
2. TUJUAN PENULISAN
Memahami Konsep Diri
Memahami Komponen-komponen Konsep Diri
Memahami Macam-macam Konsep Diri
Memahami Dimensi-dimensi Konsep Diri
Memahami Perkembangan Konsep Diri
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Memahami.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
Memahami Komponen-komponen Konsep Diri
Memahami Macam-macam Konsep Diri
Memahami Dimensi-dimensi Konsep Diri
Memahami Perkembangan Konsep Diri
Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Memahami.Peran Konsep dalam Perilaku Aktualisasi Diri
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Konsep Diri
Manusia adalah makhluk
biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling
berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat.
Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif
Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri, misalnya “saya kuat dalam
matematika”.
Konsep diri adalah citra subjektif
dari diri dan percampuran yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi
bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang
lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu
yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Jika
seseorang mempunyai masa kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri
masa remaja anak tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil.
Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat
menjadi sumber stres atau konflik.
Konsep diri dan persepsi tentang
kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang mempunyai keyakinan
tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatkan konsep diri. Termasuk
persepsi indvidu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan
serta keinginannya. Lebih menjelaskan bahwa konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial, dan
spiritual.
Konsep diri belum ada saat
dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri
sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri berkembang dengan baik
apabila : budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif,
memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat
beraktualissasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya. Respons individu
terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari
adaptif sampai maladaptive.
Beberapa
Pengertian konsep diri menurut para ahli :
- Menurut Burns (1982),
konsep
diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri.
Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai sistem
yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang
unik dari individu tersebut.
- Stuart dan Sudeen (1998),
konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
- Seifert dan Hoffnung (1994)
mendefinisikan
konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep
diri.“
- Cawagas (1983)
menjelaskan
bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya,
karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau
kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
- Santrock (1996)
menggunakan
istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri.
- Atwater (1987)
menyebutkan
bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
Secara
keseluruhan disimpulkan bahwa konsep
diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan
semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
B.
Komponen-komponen
Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh
(Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self
Rool) dan Identitas(self idencity).
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu
terhadap dirinya baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa
lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru.
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut dirinya sendiri.
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas Diri
Identitas
diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda
dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat
akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya
konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
C.
Macam-macam
Konsep Diri
Ada dua macam konsep
diri, yaitu :
- Konsep diri negatif : peka pada kritik, responsif sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis pada kompetensi.
- Konsep diri positif : yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.
Hal-hal yang
perlu dipahami tentang konsep diri adalah :
- Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan oranglain. b.Berkembang secara bertahap.
- Ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan(positif).
- Negatif ditandai dengan hubungan individu dan sosial yang mal adaptif.
- Merupakan aspek kritikal yang mendasar dan pembentukan perilaku individu.
Hal-hal yang
penting dalam konsep diri adalah :
- Nama dan panggilan anak.
- Pandangan individu terhadap orang lain.
- Suasana keluarga yang harmonis.
- Penerimaan keluarga.
Williams
Fitts (dalam agustiani, 2006) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok,
yaitu sebagai berikut:
1. Dimensi
Internal
Dimensi
Internal atau yang disebut juga kerangka acuan (internal frame of reference)
adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan
individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.
Dimensi ini
terdiri dari tiga bentuk:
a. Diri
identitas (identity sett)
Bagian diri
ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada
pertanyaan, "Siapakah saya?" Dalam pertanyaan tersebut
tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh
individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun
identitasnya, misalnya "Saya x". Kemudian dengan bertambahnya
usia dan interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu tentang dirinya
juga bertambah, sehingga ia dapat melengkapi keterangan tentang dirinya dengan
halhal yang lebih kompleks, seperti "Saya pintar tetapi terlalu gemuk
" dan sebagainya.
b. Diri
Pelaku (behavioral self)
Diri pelaku
merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala
kesadaran mengenai apa yang dilakukan oleh diri. Selain itu bagian ini
berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang adekuat akan menunjukkan adanya
keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat
mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku.
Kaitan dari keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai.
c. Diri
Penerimaan/penilai (judging self)
Diri penilai
berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya adalah
sebagai perantara mediator) antara diri identitas dan diri pelaku. Manusia
cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh karena
itu, label-label yang dikenal pada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan
dirinya tetapi juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih
berperan dalam menentukan tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai
menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang
menerima dirinya. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self
esteem) yang rendah pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar
pada dirinya.
Sebaliknya,
bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya
lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk
merupakan keadaan dirinya dan memfokuskan energi serta perhatiannya ke luar
diri, dan pada akhirnya dapat berfungsi lebih konstruktif. Ketiga bagian
internal ini mempunyai peranan yang berbeda-beda, namun saling melengkapi dan
berinteraksi membentuk suatu diri yang utuh dan menyeluruh.
2. Dimensi
Eksternal
Pada dimensi
eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya,
nilai-nilai yang dianutnya, serta halhal lain di luar dirinya. Dimensi ini
merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah,
organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukakan oleh
Williams Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang,
dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
a. Diri
Fisik (physical self)
Diri fisik
menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal
ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya
(cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,
gemuk, kurus).
b. Diri
etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini
merupakan perspsi seseorang terhadap dirinya dilihat Dari standar pertimbangan
nilai moral dan etika. Maka ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan
dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai
moral yang dipegangnya, yang muliputi batasan baik dan buruk.
c. Diri
Pribadi (personal self)
Diri pribadi
merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini
tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi
oleh sejauhmana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia
merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
d. Diri
Keluarga (family self)
Diri
keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya
sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa
adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, Serta terhadap peran maupun
fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
e. Diri
Sosial (social self)
Bagian ini merupakan
penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun
lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian
dirinya dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan
interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa
ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang
memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang menarik. Demikian Pula seseorang
tidak dapat mengatakan bahwa dirinya memiliki diri pribadi yang baik tanpa
adanya tanggapan atau reaksi orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa
dirinya memang memiliki pribadi yang baik.
E. Perkembangan Konsep Diri
Puspitasari (2007), mengatakan bahwa konsep diri merupakan sebuah proses yang berkelanjutan, proses menilai yang bersifat organismik, bukan lagi bersifat statis tetapi mampu untuk menyesuaikan kembali dan berkembang sebagai pengalaman-pengalaman baru yang terintegrasikan. Konsep diri berkembang sesuai dengan perkembangan diri jiwa seseorang, maupun dari pengalaman-pengalaman yang seseorang temukan.
Menurut Symonds (2008), mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Persepsi tentang diri yang ada pada remaja akan berkembang sesuai dengan tahapan.
Berdasarkan pendapat
para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri yang dimiliki manusia
tidak terbentuk secara instan, melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup
manusia. Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang
dirinya, tidak memiliki harapan yang ingin dicapainya serta tidak memiliki
penilaian terhadap dirinya. Konsep diri berasal dan berkembang sejalan
pertumbuhan, terutama akibat hubungan dengan individu lain.
Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
Dalam berinteraksi, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Pada akhirnya individu mulai bisa mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkannya serta dapat melakukan penilaian terhadap dirinya.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Konsep Diri
Rahmat (dalam Wijaya 2000) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:
a. Orang
Lain
Tidak semua orang memiliki pengaruh yang sama pada
masing-masing diri individu, tetapi yang paling berpengaruh pada diri individu
tersebut adalah orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan orang yang
tinggal satu rumah dengan individu yang bersangkutan karena memiliki hubungan
yang emosional.
b. Kelompok
Rujukan
Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu dimana
ada kelompok yang secara emosional mengikat individu dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri.
Menurut
Hurlock (dalam Wijaya 2000) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsep
diri adalah:
a. Usia Kematangan
Individu
yang matang lebih awal yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa,
mengembangkan konsep diri yang menyenangkan. Individu yang matang terlambat
yang diperlakukan seperti anak-anak mengembangkan konsep diri yang tidak
menyenangkan.
b. Penampilan
Diri
Penampilan
diri yang berbeda membuat individu merasa rendah diri meskipun perbedaan yang
ada menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan hal yang memalukan
yang mengakibatkan perasaan rendah diri.sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan
penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan
sosial.
c. Jenis Kelamin
justify;"> Jenis Kelamin dalam penampilan diri, minat
dan prilaku membantu individu mencapai konsep diri yang baik. Jika membuat
individu sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada prilakunya.
d. Nama Dan Julukan
Individu
merasa malu jika teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau jika mereka
memberikan julukan bernada cemooh.
e. Hubungan Keluarga
Seseorang
yang mempunyai hubungan yang sangat erat dengan anggota keluarga
mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis individu akan tergolong
untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk dirinya.
f. Teman Sebaya
Teman sebaya
mempengaruhi pola kepribadian individu dalam 2 cara yang pertama, konsep diri
individu merupakan cerminan dari anggapan mengenai konsep teman tentang
dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompoknya.
g. Kreatifitas
Individu
yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatifitas dalam melakukan tugas-tugas
akademik, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang mempengaruhi
konsep dirinya.
h. Cita-cita
Bila
cita-cita yang tidak realistis, ia akan mengalami kegagalan. Sedangkan individu
yang memiliki cita-cita yang realistis akan menimbulkan kepercayaan diri dan
kepuasan diri yang lebih besar untuk memberikan konsep diri yang baik.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
konsep diri adalah: keluarga dan lingkungan. Keluarga adalah orang tua yang
berpengaruh besar terhadap perkembangan konsep diri individu. Kemudian
lingkungan sangat berpengaruh, terutama bagi orang yang mempunyai arti khusus
bagi diri individu, orang lain, kelompok rujukan, usia kematangan, penampilan
diri, jenis kelamin, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman sebaya,
kreatifitas, cita-cita.
G. Peran Konsep dalam Perilaku
Aktualisasi Diri
Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai tendensi inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan mengembangkan gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan suatu pola kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang sebagaimana adanya dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara gambaran diri yang sebenarnya dengan diri ideal akan menimbulkan ketidakpuasan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar penilaian tentang harga diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri seseorang.Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri,yang menyatakan sikap menerima atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga diri akan menunjukkan seberapa besar seseorang percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini akan menentukan penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna meskipun tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya.Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan diri
Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai tendensi inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada masa kanak-kanak memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri. Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan mengembangkan gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi orang lain terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan suatu pola kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang sebagaimana adanya dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian antara gambaran diri yang sebenarnya dengan diri ideal akan menimbulkan ketidakpuasan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar penilaian tentang harga diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan ideal self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya dengan diri ideal, semakin tinggi pula harga diri seseorang.Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri,yang menyatakan sikap menerima atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan bahwa harga diri akan menunjukkan seberapa besar seseorang percaya bahwa dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini akan menentukan penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat menerima emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap kemampuannya, tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai penghargaan yang sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna meskipun tidak sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri sendiri, tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut kemampuannya.Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990) mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan penerimaan diri
adalah
merupakan dasar perkembangan kepribadiaan yang sehat. Oleh
karena itu sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kepribadian yang sehat
merupakan syarat dalam mencapai aktualisasi diri, maka hanya orang yang
memiliki konsep diri positif saja yang akan dapat mengaktualisasikan diri
sepenuhnya. Sedangkan orangorang yang memiliki
konsep diri negatif
cenderung mengembangkan gangguan dalam
penyesuaian diri. Hal
ini disebabkan adanya ketidakharmonisan (incongruence) antara
konsep diri dengan
kenyataan yang mengitari mereka
atau dengan kata
lain mereka tidak
dapat mengembangkan
kepribadian yang sehat.
Oleh karena itu
mereka tidak dapat
mengaktualisasika semua segi dari dirinya.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep dirinya.
Ada
beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi
suatu tujuan, ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Handry, M dan Heyes, S. 1989. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Hurlock,
Elizabeth B., Alih Bahasa : Med Meitasari T dan Muslichah Z., 1990. Perkembangan
Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk
Keperawatan. EGC : Jakarta
Susilawati dkk. 2005. Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Jelle, HL
dan Ziegler, JD. 1992. Personalities Theories Third Edition. New York:
McGraw Hill.
Markus H dan Nurius P. 1986. Possible
Serve American Psichologist.
Rogers, C. R. 1980. A Way of
Being. Boston: Hougton Mifflin.
Monks,
F.J, Knoers, A. M. P, Haditono. 1998. S, Psikologi Perkembangan: Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Santrock J. W. 1995. Life Span
Development Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar