DI SUSUN OLEH
NAMA : PAULINA LAMBU
NIM : 15150056
PRODI : D-3 KEBIDANAN
KELAS : A.12.2
PROGRAM STUDY D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gangguan Psikologi pada
Ibu Bersalin” dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas yang diberikan serta menambah wawasan tentang masalah Ganguan psikologi
pada ibu bersalin yang tidak semua ibu mengalami hal ini. Dimulai dari
pengertian, penyebab, faktor resiko serta penatalaksanaan. Penulisan makalah
ini berdasarkan pada data sekunder dari beberapa informasi baik dari buku
maupun internet yang membahas tentang Gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Kami
berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan kita lebih dalam mengenai Gangguan psikologi pada ibu
bersalin. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta,
5 Juni 2015
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………....
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………..
1.3 Tujuan……………………………………………………………………...
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Persalinan……………………………………………………..
2.2 Perubahan
Psikologis Ibu saat Persalinan……………………………...
2.3 Sebab-Sebab Terjadinya
Persalinan……………………………………..
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Persalinan…………………………
2.5 Tahapan Persalinan………………………………………………………..
2.6 Contoh Kasus persalinan………………………………………………….
2.7 Penatalaksanaan…………………………………………………………...
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………….........
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan pertama bagi seorang
wanita merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupannya. Pengalaman baru
ini memberikan perasaan yang bercampur baur, antara bahagia dan penuh harapan
dengan kekhawatiran tentang apa yang akan dialaminya semasa kehamilan.
Kecemasan tersebut dapat muncul karena masa panjang saat menanti kelahiran
penuh ketidakpastian, selain itu bayangan tentang halhal yang menakutkan saat
proses persalinan walaupun apa yang dibayangkannya belum tentu terjadi. Situasi
ini menimbulkan perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis
(Kartono, 1992).
Taylor (1995) mengatakan bahwa
kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang
menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau
adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan
gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung
meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti panik, tegang,
bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Peristiwa kelahiran itu bukan hanya
merupakan proses yang fisiologis belaka, akan tetapi banyak pula
diwarnai komponen-komponen psikologis. Jika seandainya kelahiran itu cuma
fisiologis saja sifatnya, dan kondisi organisnya juga normal, maka pasti proses
berlangsungnya akan sama saja di mana-mana dan pada setiap wanita, serta tidak
akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas melahirkan
bayi ini cukup bervariasi. Dari yang amat mudah dan lancar sampai pada yang
sangat sukar, baik itu normal maupun abnormal dengan operasi SC dan lain-lain.
B. Rumusan
Masalah
Apakah yang dimaksud dengan Gangguan
psikologis pada ibu bersalin ?
Apa sajakah penyebab Gangguan
psikologi pada ibu bersalin ?
Apa saja Macam-macam gangguan
pada masa persalinan ?
Bagaimana cara pencegahan
Gangguan psikologi pada ibu bersalin ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian
dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui penyebab
dari gangguan psikologi pada ibu bersalin.
Untuk mengetahui macam-macam
gangguan pada masa
persalinan.
Untuk mengetahui cara pencegahan
gangguan psikologi pada ibu bersalin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Persalinan merupakan hal yang paling
ditunggu-tunggu oleh para ibu hamil, sebuah waktu yang menyenangkan namun di
sisi lain merupakan hal yang paling mendebarkan. Persalinan terasa akan
menyenangkan karena si kecil yang selama sembilan bulan bersembunyi di dalam
perut anda akan muncul terlahir ke dunia. Di sisi lain persalinan juga menjadi
mendebarkan khususnya bagi calon ibu baru, dimana terbayang proses persalinan
yang menyakitkan, mengeluarkan energi yang begitu banyak, dan sebuah perjuangan
yang cukup melelahkan.
Gangguan yang terjadi pada seorang
ibu menjelang persalinan, yang bersumber pada rasa takut & sakit pada fisik
yg teramat sangat. Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan , baik fisik maupun
psikologis. Begitu jaga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu
bersalin wajar terjadi pada setiap orang namun ia perlu memerlukan bimbingan
dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang
terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi
terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama
persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendamping atau penolong persalinan.Perubahan psikologis pada kala
satu, beberapa keadaan dapat terjdi pada ibu dalam persalinan, trauma bagi ibu
yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang di maksud adalah:
a.
Perasaan
tidak enak.
b. Takut dan
ragu-ragu akan persalinan yang di hadapi.
c. Ibu dalam
menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan
normal.
d. Menganggap
persalinan sebagai cobaan.
e. Apakah
penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
f. Apakah bayi
normal apa tidak.
g. Apakah ia
sanggup merawat bayinya.
h. Ibu
cemas.
B. Perubahan
Psikologis Ibu saat Persalinan
Ada dua perubahan psikologis saat
bersalin.
1.
Fase Laten : Pada fase ini ibu biasanya merasa lega
dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun pada awal
persalinan wanita biasanya gelisah, gugup, cemas dan khawatir sehubungan dengan
rasa tidak nyaman karena kontraksi.
2.
Fase Aktif : saat kemajuan persalinan sampai pada
waktu kecepatan maksimum rasa khawatir wanita menjadi meningkat. Wanita
tersebut menginginkan seseorang untuk mendampinginya karena dia merasa takut
tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya. Kebutuhan ibu selama persalinan:
a.
Kebutuhan fisiologi.
b.
Kebutuhan rasa aman.
c.
Kebutuhan dicintai dan mencintai.
d.
Kebutuhan harga diri.
e.
Kebutuhan aktualisasi diri.
C.
Sebab-sebab
terjadinya persalinan.
1) Teori
keregangan
Otot mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan
mulai berlangsung. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskhemia otot-otot uterus.
2) Teori
penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan
28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu sehingga produksi progesteron mengalami penurunan yang
mengakibatkan otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot
rahim mulai berkontraksi setelah progesteron mencapai tingkat penurunan
tertentu
3) Teori
oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise
posterior. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas
otot rahi, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan mengakibatkan oksitosin
meningkat sehingga persalinan dimulai.
4) Teori
prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Semakin tua umur kehamilan
prostaglandin meningkat sehingga dapat memicu terjadinya persalinan.
5) Teori
hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenal
Pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Glandula
suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
6) Teori
berkurangnya nutrisi
Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan.
D. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persalinan.
Pada setiap persalinan, ada 5 faktor
yang harus diperhatikan, yaitu :
1)
Power
Adalah tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan
yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi otot –otot
perut, kontraksi diagfragma dan aksi ligamamnet, dengan kerja sama yang baik
dan sempurma. Ada dua power yang bekerja dalam proses persalinan. Yaitu HIS dan
Tenaga mengejan ibu. HIS merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos
bekerja dengan baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim
menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek
2)
Passage
Merupakan faktor jalan lahir, terbagi menjadi 2 yaitu
:
a. Bagian keras
Bagian ini terdiri dari tulang panggul (Os coxae, Os
Sacrum, Os Coccygis), dan Artikulasi (Simphisis pubis, Artikulasi sakro-iliaka,
artikulasi sakro-kosigiu). Dari tulang-tulang dasar dan artikulasi yng ada,
maka bagian keras janin dapat dinamakan Ruang panggul (Pelvis mayor dan minor),
pintu panggul (Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul,
dan ruang panggul yang sebenarnya yaitu antara inlet dan outlet), Sumbu panggul
(merupakan garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan), Bidang –bidang (Hogde I, Hodge II, Hodge III, den Hodge
IV).
b. Bagian lunak
Jalan lunak yang berpegaruh dalam persalinan adalah
SBR, Serviks Utreri, dan vagina. Diamping itu otot –otot, jaringan ikat, dan
ligament yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan penting dalam
persalinan.
3)
Passanger
Faktor yang juga sangat mempengaruhi persalinan adalah
faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan bagian terendah. Sikap
janin menunjukkan hubungan bagian –bagian janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya
bagaimana sikap fleksi kepala, kaki, dan lengan. Letak janin dilihat
berdasarkan hubungan sumbu tubuh janin dibandingkan dengan sumbu tubuh ibu. Ini
berarti seorang janin dapat dikatakan letak longitudinal ( preskep dan presbo),
letak lintang, serta letak oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk
menunjukkan bagian janin apa yang paling bawah.
4)
Psikis Ibu
Psikis ibu dalam persalinan akan sangat mempengaruhi
daya kerja otot –otot yang dibutuhkan dalam persalinan baik itu yang otonom
maupun yang sadar. Jika seorang ibu menghadapi persalinan dengan rasa tenang
dan sabar, maka persalinan akan terasa mudah untuk ibu tersebut. Namun jika ia
merasa tidak ingin ada kehamilan dan persalinan, maka hal ini akan menghambat
proses persalinan.
5)
Penolong
Dalam persalinan, ibu tidak mengerti apa yang
dinamakan dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu, seorang
mitra yang dapat membantunya mengenali tanda gejala persalinan sangat
dibutuhkan. Tenaga ibu akan menjadi sia-sia jika saat untuk mengejan yang ibu
lakukan tidak tepat.
E. Tahapan Persalinan
v Kala I
Kala I disebut juga kala pembukaan dimana serviks
membuka dari 0 cm sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini berlangsung
kurang lebih 18- 24 jam, yang terbagi dalam 2 fase, yaitu:
a.
Fase laten
(8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.
b. Fase aktif
(7 jam) dari pembukaan 3 cm sampai pembukan 10 cm.
·
Fase
akselerasi : pembukaan 3 cm menjadi 4 dalam waktu 2 jam
·
Fase
dilatasi maksimal : pembukaan 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
·
Fase
deselerasi : pembukaan 9 cm menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam.
v Tanda dan
gejala inpartu :
a.
Penipisan
pembukaan serviks.
b. Kontraksi
uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10
menit).
c.
Cairan
lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.
v Proses
persalinan pada kala I :
a. Dimulai pada waktu serviks membuka karena his:
kontraksi uterus yang teratur, makin sering, makin nyeri, disertai pengeluaran
darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid).
b. Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap
(pada periksaan dalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi) dan selaput ketuban
biasanya pecah pada akhir kala I.
c.
Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12
jam, multigravida ± 7 jam.
d. Mekanisme pembukaan serviks adalah sebagai berikut :
kontraksi segmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang
mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis,
dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal.
e.
His
Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan,
2-3 kali/10 menit pada akhir kala I.
Lamanya: kurang lebih satu menit.
Nyerinya: berasal dari regangan seviks yang membuka.
Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg.
Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke
depan. Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus.
Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat
menghambat aliran darah dari plasenta ke janin. Apabila tekanannya melebihi 75
mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat,
terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin.
f.
Darah lendir
Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus
akibat pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan
serviks.
v Kala II (
Pengeluaran )
Dimulai dari pembukaan lengkap ( 10 cm ) sampai bayi
lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan teratur kurang lebih 2-3
menit sekali. Ibu mulai merasakan adanya tekanan pada anus sehingga timbul
perasaan ingin mengedan. Kemudian perineum mulai menonjol dan vulva mulai
membuka. Dengan kekuatan his dan mengedan yang maksimal maka bayi dapat
dilahirkan.
v Tanda dan
gejala kala II persalinan :
a.
Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan adanya kontraksi.
b. Ibu
merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau vaginanya.
c.
Perineum
terlihat menonjol.
d. Vulva,
vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
e.
Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah.
f.
Selaput
ketuban pecah.
v Proses
persalinan kala II :
1.
Dimulainya hanya dapat diketahui dengan periksa dalam,
dengan menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap 10 cm).
2.
Berakhir dengan lahirnya janin.
3.
Lamanya pada primigravida paling lama 2 jam, multipara
paling lama 1 jam.
4.
Mengejan.
5.
Disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum.
Berakibat meningkatnya tekanan intra abdominal yang memperkuat kontraksi
uterus. Jangan dibiarkan apabila serviks belum membuka lengkap atau dilakukan
di luar his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis
dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.
6.
Perineum yang menggembung.
Terjadi pada
waktu kepala janin mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap
kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali bila
dilakukan episotomi.
v Kala III (
Pelepasan Uri )
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya.
v Fisiologi
Persalinan Kala Tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium)
berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perleketan
placenta. Karena tempat perleketan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
placenta tidak berubah maka placenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding uterus. Setelah lepas, placenta akan turun bagian bawah uterus
atau kedalam vagina
v Tanda-tanda
lepasnya placenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini:
ü Perubahan
bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai
berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah
pusat. Setelah uterus berkontraksi dan placenta terdorong kebawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas
pusat (seringkali mengarah kesisi kanan).
ü Tali pusat
memanjang. Tali pusat terlihar menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahveld).
ü Semburan
darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang placenta akan
membantu mendorong placenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah (retroplacenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan
permukaan dalam placenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersumbur
keluar dari tepi placenta yang terlepas.
v Manajemen
Aktif Kala Tiga
Keuntungan-keuntungan manjemen aktif
kala tiga :
ü Persalinan
kala tiga yang lebih singkat
ü Mengurangi
jumlah kehilangan darah
ü Mengurangi
kejadian retensio palcenta
ü Menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih baik
Manajemen Aktif kala tiga terdiri
dari tiga langkah utama:
ü Pemberian
suntikan oksitoksin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
ü Melakukan penegangan tali pusat
terkendali
ü Masase
fundus uteri
v Pemberian
Suntikan Oksitoksin
1.
Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu
untuk diberi ASI
2.
Letakkan kain bersih diatas perut ibu
3.
Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang
lain.
4.
Beritahu ibu bahwa ia akan disuntikan
5.
Segera(dalam
1 menit pertama setelah bayi lahir) suntikan oksitoksin 10 unit IM pada 1/3
bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).
Jika
oksitoksin tidak tersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu
atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan
pelepasan oksitoksin secara alamiah. Jika peraturan/patograf kesehatan
memungkinkan, dapat diberikan misoprostol 600 mcg (oral/sublingual).sebagai
pengganti oksitoksin.
v Penegangan
Tali Pusat Terkendali
1.
Berdiri disamping ibu
2.
Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat
saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.
3. Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan
kain) tepat diatas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi
uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat.
Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan
dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan
kepala ibu (dorso kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadi
inversio uteri.
4. Bila placenta belum lepas, tunggu hingga uterus
berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi
kembali penegangan tali pusat terkendali.
5. Saat mulai kontraksi (uteus menjadi bulat atau tali
pusat menjulur) tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso
kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang
menandakan placenta telah lepas dan dapat dilahirkan.
6. Tetapi jika langkah 5 diatas tidak berjalan
sebagaimanan mestinya dan placenta tidak turun setelah 30-40 detik di mulainya
penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya
placenta, jangan teruskan tali pusat.
a. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu
sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum
pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan
placenta.
b. Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi
penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso kranial pada korpus uteri
secara serntak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga
terasa placenta terlepas dari dinding uterus.
7. Setelah placenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran
agar placenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali
pusat dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir).
8. Pada saat placenta terlihar di introitus vagina,
lahirkan placenta dengan mengankat tali pusat ke atas dan menopang placenta
dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput
ketuban mudah robek, pegang placenta dengan kedua tangan dan secara lembut
putas placenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
9.
Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan
untuk melahirkan selaput ketuban.
10. Jika selaput
ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat melahirkan placenta, dengan
hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan
anda atau klem DTT atau steril atau forcep untuk keluarkan selaput ketuban yang
teraba.
Jika
placenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan oksitoksin 10 menit IM
dosisi kedua. Periksa kandung kemih jika penuh gunakan teknik aseptik untuk
memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan
kandung kemih. Ulangi kembali penengangan tali pusat dan tekanan dorso kranial
seperti yang di uraikan di atas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin
diperlukan jika placenta belum lahir setelah waktu 30 menit. Pada menit ke 30
coba lagi melahirkan placenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk
terakhir kalinya jika placenta tetap tidak lahir rujuk segera. Ingat apabila
placenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan
segera lakukan rujukan.
v Masase
fundus uteri
Segera stelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :
Segera stelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus :
1. Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri.
2. Jelaskan
tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak nyaman karena
tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk enarik nafas dalam dan perlahan
serta rileks.
3. Dengan
lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik,
lakukan penatalaksaaan atonia uteri.
4. Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :
a. Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada
dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada
bagian yang hilang)
b. Pasangkan bagian-bagian plassenta yang robek atau
terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
c. Pasangkan bagian-bagian sisi foetal (yang menghadap
bayi) untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang
d.
Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya
5. Periksa
uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Jika
uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ajarkan ibu
dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera
mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.
6. Periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.
v Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama post partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala ini adalah tingkat
kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan.
Setelah plasenta lahir :
1. Lakukan
rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.
2. Evaluasi
tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat
sebagai patokan. Umumnya tinggi fundus uteri setinggi atau beberapa jari di
bawah pusat.
3. Memperkirakan
kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa
kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi ) pada perineum.
5. Evaluasi
keadaan umum ibu.
6. Dokumentasikan
semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang
partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
v Memperkirakan
Kehilangan Darah
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan
melihat volume darah yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500ml
dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah bias mengisi dua botol, ibu
telah kehilangan 1 liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan
250ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk
menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur jumlah kehilangan darah
adalah melalui penampakan gejala dan tekanan darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing, dan kesadaran menurun serta tekanan darah
sistolik turun lebih dari 10mmHg dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi
perdarahan lebih dari 500ml. Bila ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500ml).
Penting untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai
jumlah kehilangan darah ibu selama kala empat melalui tanda vital, jumlah darah
yang keluar dan kontraksi uterus.
v Memeriksa
Perdarahan dari Perineum
Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari
laserasi atau robekan perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum.
o Derajat I
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik
o Derajat II
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Perlu
dijahit
o Derajat III
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Otot sfingter
ani
f)
Segera rujuk
ke fasilitas rujukan
o Derajat IV
a) Mukosa
vagina
b) Komisura
posterior
c) Kulit
perineum
d) Otot
perineum
e) Otot
sfingter ani
f)
Dinding
depan rectum
g) Segera rujuk
ke fasilitas rujukan.
F. Contoh kasus persalinan.
Seorang ibu hamil MRS ( Masuk Rumah
Sakit ) karena akan melahirkan anak yang pertama dan didampingi
oleh keluarga, sedangkan suaminya bekerja diluar kota sehingga tidak
bisa menemani kelahiran buah hatinya. Setelah diperiksa oleh bidan di RS
tersebut, semua hasil pemeriksaan menunjukkan sudah terdapat tanda-tanda
melahirkan dan sudah ada bukaan Rahim 4 cm (kala I fase Aktif ). Ibu hamil
tersebut merasa cemas , gelisah
serta takutkarena ini adalah pengalaman pertama kalinya melahirkan. Dia
teringat tetangga disamping rumahnya sekitar 1 bulan yang lalu
meninggal dunia karena perdarahan pada saat melahirkan.ibu juga merasa takut
jika hal itu menimpa dirinya. Keringat ibu terus mengalir karena kecemasan yang
ia alami sudah tidak bisa dikendalikan, akibatnya hasil pemeriksaan tekanan
darah ibu tersebut meningkat, sehingga perlu diberikan obat penurun tekanan
darah. Apalagi saat kontraksi ibu tersebut teriak-teriak dan menjerit-jerit
kesakitan serta memanggil nama suaminya. Keluarga berusaha menenangkan ibu
tersebut dan memberikan dukungan serta semangat pada ibu, namun ibu tersebut
masih merasa cemas, ketakutan serta kesakitan. Bagaimana peran seorang bidan
dalam mengatasi kasus diatas
G. Penatalaksanaan
- Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan.
Merupakan pemberian bantuan pada ibu yang akan
melahirkan dengan kegiatan bimbingan proses persalinan. Tujuan Komunikasi
terapeutik Pada Ibu Dengan Gangguan Psikologi Saat Persalinan :
a) Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban
perasaan dan pikiran selamam proses persalinan. Semua persalinan pasti sakit
akan tetapi semuanya adalah psoses normal sehingga jelaskan pada ibu semuanya
akan baik-baik saja.
b) Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
c) Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan
diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan
dengan semestinya
2.
Pendekatan Komunikasi Terapeutik:
a)
Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan
klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal yang positif.
b) Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif ketrampilan yang meliputi mengayasi semua kekacauan/kebingungan, memberikan perhatian total pada klien. Bila memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
c) Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
d) Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin dimana
komunikasi nonverbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan
yang diberikan bidan terhadap klien akan memberi rasa nyaman dan dapat membantu
pasien merasa relax.
e) Memberi informasi tentang kemajuan persalinan. Hal ini
diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa klien dapat menyelesaikan
persalinan. Pemahaman dapat mengurangi kecemasan dan dapat mempersiapkan diri
untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Informasi yang diberikan diulang
beberapa kali dan jika mungkin berikan secara tertulis.
f) Memimpin persalinan dengan mengajarkan pada ibu teknik
bernafas yang baik, berelaksasi dan mengatur posisi yang nyaman untuk ibu
g) Mengadakan kontrak fisik dengan klien. Kontak fisik
dapat dilakukan dengan menggosok punggung, memelik dan menyeka keringat serta
membersihkan wajah ibu/klien.
h) Memberikan pujian. Pujian diberikan pada klien atas
usaha yang dilakukannya.
i) Memberikan ucapan selamat pada klien atas kehadiran
putra/putrinya dan menyatakan ikut berbahagia.
Komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan
psikologi saat persalinan dilaksanakan oleh bidan dengan sikap sebagai seorang
tua dewasa, karena suatu ketika bidan harus memberikan perimbangan. Sebagai
seorang bidan yang professional, asuhan sayang ibu harus tetap diperhatikan
demi kenyaman pasien serta keselamatan ibu dan anak yang akan di bantu selama
proses persalinan berlangsung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janinnya.
Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 ( dimulai dari saat
persalinan mulai sampai pembukaan lengkap ), kala 2 ( dimulai dari pembukaan
lengkap sampai bayi lahir ), kala 3 ( dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya
plasenta ) dan kala 4 ( dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum
Ada dua adaptasi ibu selama persalinan yaitu adaptasi fisk dan adaptasi
psikologi
Beberapa cara pembedahan selama persalinan yaitu amniotomi, episiotomy,
bedah sesar, forceps, vakum dan histerektomi.
Postmatur menunjukan atau menggambarkan kaadaan janin yang lahir telah
melampauhi batas waktu persalinannya, sehingga dapat menyebabkan beberapa
komplikasi. Belum ada penyebab pasti terjadinya postmatur ini dan sebagian
besar bisa diselesaikan dengan persalinan induksi maupun seksio sesaria dan
bidan tidak berwenang menolong persalinan dengan kehamilan postmatur kecuali
bidan di rumah sakit dengan kolaborasi dengan dokter.
DAFTAR
PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 1991. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Tidak ada komentar:
Posting Komentar