Tanda-Tanda Bahaya pada kehamilan Lanjut
DI SUSUN
OLEH :
NAMA : PAULINA LAMBU
NIM : 15150056
PRODI : D-3 KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
A. Tanda-tanda bahaya yang perlu di
perhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut adalah :
v Perdarahan tanpa nyeri
v Perdarahan berulang-ulang sebelum
partus
v Perdarahan keluar banyak
v Bagian depan tinggi
v Biasanya ada
v Teraba jaringan plasenta
v Robekan selaput marginal
1. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan sel telur
yang telah dibuahi tumbuh dan berimplantasi (menempel) di tempat yang normal
yakni dalam endometrium (selaput lendir yang kaya kelenjar) rongga rahim (kavum
uterus).
Kehamilan ektopik dapat terjadi di beberapa tempat
pada organ reproduksi wanita selain rongga rahim, antara lain di tuba falopii
(saluran telur), kanalis servikalis (leher rahim), ovarium (indung telur), dan
rongga perut. Yang terbanyak terjadi di tuba falopii (90%).
Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus
(ruptur/gugur) apabila kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang tempat
implantasi, keadaan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik
merupakan suatu keadaan yang berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan berulang. Pada akhirnya, ini dapat menyebabkan penurunan fertilitas
atau kesuburan dan bahkan kematian ibu dan janin.
Pada kehamilan normal, proses pembuahan (pertemuan sel
telur dengan sperma) terjadi pada tuba, kemudian sel telur yang telah dibuahi
digerakkan dan berimplantasi pada endometrium rongga rahim. Kehamilan ektopik
dapat disebabkan antara lain karena bekas radang pada tuba, sehingga hasil
pembuahan terhambat ke rongga rahim, terdapat tumor atau kista pada tuba,
endometriosis (jaringan endemetrium ditemukan di luar kavum uteri dan di luar
miometrium), memiliki riwayat operasi tuba, dan kelainan anatomi kongenital.
Pada kehamilan perut, janin berkembang dalam rongga
perut, namun tempat pertumbuhan yang tidak sempurna menyebabkan janin tidak
tumbuh normal atau kematian janin. Bila janin meninggal pada usia kehamilan
lanjut, maka janin dapat membatu.
2. Sakit Kepala Yang Hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama
kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan.Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang dengan beristriahat. Kadang-kadang,
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa
penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre eklampsia.
3.
Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman
penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah
normal.Masalah visual yang mengindikasikan keadaaan yang mengancam jiwa adanya
perubahan visual (penglihatan) yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada
bayangan, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang. Selain itu adanya
skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang menunjukkan adanya
pre-eklampsi berat yang mengarah pada eklampsi. Hal ini disebabkan adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks cerebri atau di
dalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).Perubahan penglihatan
ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan mungkin suatu tanda dari
pre eklampsia.
4. Bengkak Pada Muka Dan Jari Tangan
Hampir separuh dari ibu-ibu hamil
akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang biasanya muncul pada sore
hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau dengan meninggikan kaki
lebih tinggi daripada kepala.
Bengkak dapat menjadi masalah serius jika muncul
pada wajah dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan
keluhan fisik lain. Hal ini dapat merupakan pertanda dari anemia, gangguan
fungsi ginjal, gagal jantung ataupun pre eklampsia.
Gejala anemia dapat muncul dalam bentuk oedema
(bengkak) karena dengan menurunnya kekentalan darah pada penderita anemia,
disebabkan oleh berkurangnya kadar hemoglobin (Hb, sebagai pengangkut oksigen
dalam darah). Pada darah yang rendah kadar Hb-nya, kandungan cairannya lebih
tinggi dibandingkan dengan sel-sel darah merahnya.
Oedema adalah penimbunan cairan yang berlebihan dalam
jaringan tubuh dan dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan dan muka. Oedema pretibial yang ringan sering ditemukan
pada kehamilan biasa, sehingga tidak seberapa berarti untuk penemuan diagnosis
pre-eklampsia. Oedema yang mengkhawatirkan adalah oedema yang muncul mendadak
dan cenderung meluas.
5. Keluar Cairan Per Vaginam
Cairan pervaginam dalam kehamilan normal apabila tidak
berupa perdarahan banyak, air ketuban maupun leukhore yang patologis. Penyebab
terbesar persalinan prematur adalah ketuban pecah sebelum waktunya. Insidensi
ketuban pecah dini 10 % mendekati dari semua persalinan dan 4 % pada kehamilan
kurang 34 mg.
Penyebabnya ketuban pecah sebum waktunya adalah
- Serviks inkompeten
- Ketegangan rahim berlebihan (kehamilan ganda, hidramnion)
- Kelainan bawaan dari selaput ketuban
- Infeksi.
Penatalaksanaannya yaitu pertahankan kehamilan
sampai matur,pemberian kortikosteroid untuk kematangan paru janin, pada UK
24-32 minggu untuk janin tidak dapat diselamatkan perlu dipertimbangkan
melakukan induksi, pada UK aterm dianjurkan terminasi kehamilan dalam waktu 6
jam sampai 24 jam bila tidak ada his spontan.
6. Gerakan Janin tidak Terasa
Ibu hamil mulai dapat merasakan
gerakan bayinya pada usia kehamilan 16-18 minggu (multigravida, sudah pernah
hamil dan melahirkan sebelumnya) dan 18-20 minggu (primigravida, baru pertama
kali hamil). Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak
paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam (10 gerakan dalam 12 jam).Gerakan
bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring/beristirahat dan jika ibu makan
dan minum dengan baik.
Gerakan janin berkurang bisa disebabkan oleh aktifitas
ibu yang berlebihan sehingga gerak janin tidak dirasakan, kematian janin, perut
tegang akibat kontraksi berlebihan ataupun kepala sudah masuk panggul pada
kehamilan aterm.
7.Nyeri Abdomen Yang Hebat
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan
adalah tidak normal.Nyeri abdomen yang mengindikasikan mengancam jiwa adalah
yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat, kadang-kadang dapat
disertai dengan perdarahan lewat jalan lahir.
Hal ini bisa berarti kehamilan ektopik (kehamilan di
luar kandungan), aborsi (keguguran), penyakit radang panggul, persalinan
preterm, solutio placenta.
1. Perdarahan
pervaginam
a. Batasan
Perdarahan
antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester
terakhir dalam kehamilan sampai bayi di lahirkan
b. Jenis-jenis perdarahan Antepartum
1.
Plasenta Previa
Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium uteri internum ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Sejalan dengan bertambah membesarnya
rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan plasenta
yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi.
Plasenta previa adalah plasenta ada di
depan jalan lahir (prae: didepan, vias: jalan ). Jadi yang dimaksud adalah
plasenta yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali sehingga menutupi
seluruh atau sebagian ostium internum. Implantasi plasenta yang normal adalah
pada dinding depan atau belakang rahim di daerah fundus uteri ( winknjosastro,
1999 )
Jenis – jenis
plasenta previa
a) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta
yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
b) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
c) Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
d) Plasenta retak rendah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih
dari 2cm dianggap plasenta letak normal.
v Etiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah
uterus akan lebih melebar lagi dan serviks akan lebih membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah
uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti
oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus, pada saat itulah melailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar, berlainan
dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman (
Winkjosatro, 1999 ).
Penyebab blastokista berimplantasi
pada segmen bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista
menimpa desidua di daera segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang
mungkin. Teori yang lain mengemukakan
sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim
misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam
proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat di
pandang sebagi faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa ( Sarwono, ilmu
kebidanan 2010 ).
v Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan mungkin
juga lebih awal, oleh karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yan bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthimus uteri menjadi
segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak
akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu
srviks mendatar ( Effacement ) dan
membuka ( dilatation ) ada bagian
tapak plasenta yang terlepas. Pada
tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segera bawah rahim itu perdarahan pada di tempat itu relatif
dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahimdan serviks tidak
mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat
minimal, dengan akibatpembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan
sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta pada mana perdarahan akan
berlangsung lebil banyak dan lebih lama.
v Diagnosis
menurut mochtar ( 1998 ), diagnosis ditegakan dengan adanya gejala-gejala
klinis dan beberapa pemeriksaan sebagai berikut :
a) Anamnesa plasenta previa, antara lain: terjadinya
perdarahan pada kehamilan 28minggu berlangsung tanpa nyeri, dapat berulang,
tanpa alasan terutama pada multigravida.
b) Pada inspeksi dijumpai antara lain: perdarahan
pervaginam encer sampai bergumpal dan
pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
c) Pemeriksaan fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan
bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dari
kesadaran baik sampai koma.
d) Pemeriksaan khusus kebidanan
i.
Palpasi abdomen
didapatkan: janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah
janin masih tinggi, karena plasenta berada disegmen bawah rahim, bila cukup
pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim, terutama pada
ibu yang kurus.
ii.
Pemeriksaan
denyut jantung janin: bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam
rahim.
iii.
Pemeriksaan
inspekulo: dengan memakai spekulum secara hati-hati, dilihat dari mana asal
pendarahan, apakah dari dalam uterus atau dari kelainan serviks, vagina,
varises pecah.
iv.
Pemeriksaan
penunjang, sitrografi: mula-mula kandungan kemih dikosongkan, lalu dimasukan
40cc larutan NaCl 12,5% kepala janin ditekan kearah pintu atas panggul. Bila jarak kepala dan kemih berselisih dari
1cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.
v.
Pemeriksaan
dalam : dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan. Walaupun begitu, kita harus
berhati-hati karena bahaya yang sangat besar, bahaya pemeriksaan dalam dapat
menyebabkan perdarahan yang hebat, terjadi inspeksi, menimbulkan his dan
terjadi partu prematur, indikasi pemerikaan dalam, perdarahan banyak, lebih
dari 500cc, perdarahan berulan-ulang, perdarahn sekali atau banyak.
v Komplikasi-komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, diantaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal.
a.
Oleh karena
pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari
tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan semakin banyak, dan pendarahan
yang terjadi itu tidak dapat di cegah sehinggga penderita menjadi anemia bahkan
syok.
b.
Oleh karena
plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim dan sifat segmen ini yang
tipis mudahlah jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos kedalam
miometriumbahkan sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta dan bahkan
plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang perlekatannya
lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk kedalam miometrium.
c.
Serviks dan
segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial untuk
robek disertai oleh perdarahan yang banyak.
Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati pada semua tindakan manual
ditempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada
retensio plasenta.
d.
Kelainan letak
anak pada plasenta previa lebih sering terjadi.
Hal ini memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
e.
Kelahiran
prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian karena tindakan
terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Pada kehamilan < 37minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk
mengetahui kematangan paru janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat
pematangan paru janin sebagai upaya antisipasi.
f.
Komlikasi lain
dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan selain masa rawatan yang
lebih lama adalah beresiko tinggi untuk solusio plasenta ( Risiko Relatif 13,8
), seksio sesarea ( RR 3,9 ) kelainan letak janin ( RR 2,8 ) Perdarahan pasca
persalinan ( RR 1,7 ), kematian maternal akibat pendarahan ( 50% )dan disseminated intravascular coagulation
(DIC) 15,9
%
%
v Prognosis
Prognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini
berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif denga USG disamping
ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah
sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih
radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio
sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil denga paritas
tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga berencana menambah
penurunan insiden plasenta previa.
Dengan demikian, banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi
saksio sesarea. Karenanya kelahiran prematur
belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan. Pada suatu penelitian yang melibatkan 93.000
persalinan oleh Crane dan kawan-kawan (1999) dilaporkan angka kelahiran
prematur 47%. Hubungan hambatan
pertumbuhan janin dan kelainan bawaan dengan plasenta previa belum terbukti.
v Tanda dan
Gejala
Tanda dan gejala plasenta previa diantaranya adalah:
a. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri dari biasanya
dan berulang.
b. Darah biasanya berwarna merah segar.
c. Terjadi saat tidur atau saat melakukan aktifitas.
d. Bagian terdepan janin tinggi ( Floating ), sering
dijumpai kelainan letak janin.
e. Pendarahan pertama First bleeding ) biasanya tidak
banyak dan tidak fatal, kecualibila dilakukan pemeriksaan dalam
sebelumnya. Tetapi pendarahan berikutnya
( reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.
v Penatalaksanaan
Menurut sarwono ( 2009 ) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
1. Terapi
Ekspektatif
a. Tujuan terapi ekspektatif adalahsupaya janin tidak
terlahir prematur, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
knalis serviks. Upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif. Pemantauan klinis
dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat
terapi ekspektatif:
a) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian
berhenti
b) Belum ada tanda-tanda inpartu
c) Keadaan umum ibu cukup baik(kadar hb dalam batas normal)
d) anin masih hidup
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik
profilaksis
c. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
implantasi plasenta, usia kehamilan
profil biofisik, letak dan presentasi janin.
d. Berikan
tokolitik bila ada kontraksi:
a) MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutka 4 g stiap 6jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin
e. Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok ( Bubble Test ) dari hasil
amniosentesis.
f. Bila setelah usia kehamilan diatas 34minggu, plasenta
masih berada di sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa
menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
g. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat di pulangkan untuk rawatjalan ( kecuali apabila rumah pasie diluar
kota dan jarak untuk encapai rumah sakit lebih dar 2 jam ) dengan pesan untuk
segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi pendarahan berulang.
2. Terapi Aktif
a. Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan
banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas
janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan
persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
a) Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi
telah siap.
b) Kehamilan >37 minggu ( berat badan >2500gram )
dan inpartu
c) Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal :
anansefalis)
d) Perdarhan dengan bagian terbawah janin telah jauh
melewati pintu atas panggul ( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
Menurut
winkjosastro ( 2002 ) Prinsip dasar penanganan plasenta previa yait, setiap ibu
perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit yang memiliki
fasilitas transfusi darah dan operasi.
Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan
tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumya tidak di periksa dalam. Biasana masih cukup waktu untuk mengirimkan
penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang selalu
akan lebih banyak dari sebelumya, jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan
dalam keadaan siap operasi. Apabila
dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang teah
berlangsung atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan
janin ( yang masih hidup ) dan
kehamilannya belum cukup 36 minggu atau taksiran berat janin belum mencapai
2500gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan
sampai janin dapat sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi.
2.
Solusio Plasenta
Definisi
Solusio plasenta merupakan terlepasnya
plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri yang terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir.
Kejadian ini sering terjadi dalam kehamilan triwulan 3 dan bisa juga
pada setiap saat dalam kehamilan >22 minggu dengan berat janin >500gr
disertai dengan pembekuan darah.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari
tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Yang terjadi pada kehamilan 22 minggu atau
janin diatas 500gr ( Rustan,2002). Solusio
plasenta adalah pelepasan plasenta sebelum waktunnya plasenta itu secara
terlepas anak lahir jadi plasenta
terlepas sebelum waktunya kalau terlepas sebelum anak lahir. Solusio plasenta
adalahn terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternal plasenta dari
tempat impalntasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelum
waktunya yakni anak lahir. ( Sarwono, ilmu kebidanan 2010 ).
Jadi definisi yang lengkap ialah :
solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku obstetrik
patologi, 2002 )
v Jenis-jenis solusio plasenta
Menurut cara
terlepasnya dibagi menjadi: solusio lasenta parsialis, dimana hanya sebagian
kecil pinggir plasenta yang terlepas dari tempat perlekatannya. Solusio plasenta totalis atau komplit, dimana
plasenta terlepas seluruh dari tempat perlekatannya.
Secara klinis
dibagi menjadi:
a. Solusio plasenta ringan, yakni ruptur sinus marginalis
atau terlepasnya sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah banyak , sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau
janin. Dengan gejala: Perdarahan
Pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali, perut terasa agak sakit terus menerus tegang.
b. Solusio plasenta sedang, dalam hal ini plasenta telah
lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas permukaannya,
ditandai : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, perut mendadak
sakit terus menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan
pervaginam walaupun tampak sedikit tetapi memungkinkan lebih banyak perdarahan
di dalam, di dinding uterus teraba terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sulit di raba, apabila
janin masih hidup bunyi jantung sukar didengar denga stetoskop biasa denga
stetoskop ultra Jadi definisi yang lengkap ialah : solusio plasenta adalah
sebagian atau seluruh plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan
lahirnya anak ( menurut buku obstetrik patologi, 2002 ) Jadi definisi yang
lengkap ialah : solusio plasenta adalah sebagian atau seluruh plasenta yang
normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak ( menurut buku
obstetrik patologi, 2002 )
c. Solusio plasenta berat, plasenta lebih dari dua
pertiga permukaanyaterjadinya sangant tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan
janinnya telah meninggal, gejalanya: ibu telah masuk dalam keadaan syok dan
kemungkinan janin telah meninggal, Uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan syok ibu,
Perdarahan pervaginammungkin belum sempat terjadi besar keungkinan telah terjadi
kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
v Etiologi
Solusio plasenta hingga kini belum diketahui dengan jelas, wqalaupun
beberapa keadaan tertentu dapat menyertai seperti : umur ibu yang tua (> 35 tahun) karena kekuatan
rahim ibu berkurang pada multiparitas, penyakit hipertensi menahun, karena
perdarahan darah ibu terganggu sehingga suplay darah janin tidak ada, trauma
abdomen, seperti terjatuh terlengkup,tendangan anak yang sedang digendong. Karena pengecilan yang tiba-tiba pada
hidromnion dan gemeli, tali pusat yang pendek, karena pergerakan janin yang
banyak atau bebas, setelah versi luar sehingga terlepasnya plasenta, karena
tarikan tali pusat.
Menurut sarwono ilmu kebidanan (2012),
Sebab yang primer dari solusio plasenta tidak diketahui, terapi terdapat
beberapa keadaan patologi yang terlihat
lebih sering bersama dengan atau menyertai solusio plasenta dan dianggap
sebagai faktor risiko. Usia ibu dan
paritas yang tinggi beresiko lebih tinggi.
v Patofisiologi
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan
hasil akhir dari suatu proses yang bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta
dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehinggaterjadi pendarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung
pada etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena
robeknya pembuluh darah di desidua. ( Sarwono, 2010 )
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit,
hematoma yang kecil itu hanya mendesak jaringan plasenta, pendarahan darah
antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun tidak
jelas. Kejadian baru diketahui setelah
plasenta lahir, yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya denga bekuan darah yang berwarna kehitam-hitaman.
v Komplikasi-komplikasi
Komplikasi yang terjadi bisa terjadi pada ibu maupun
janin yang dikandungnya dengan kriteria :
a) Komplikasi pada ibu yaitu perdarahanyang dapat
menimbulkan: variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok , perdarahan
tidak sesuai keadaan penderita anemis syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai koma.
b) Gangguan pembekuan darah: masuknya trombosit kedalam
sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan disertai
hemolisis, terjadinya fibrinogen sehingga hipofibrogen dapat mengganggu
pembekuan darah.
c) Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus
ginjal dan dapat menimbulkan produksi urin makain berkurang.
d) Perdarahan postpartum: Pada solusio plasenta sedang
sampai berat terjadi infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu
kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri. Kegagalan pembekuan
darah menambah beratnya perdarahan.
e) Sementara komplikasi-komlikasi yang terjadi pada janin
antara lain: Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena pendarahan
yang timbul dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Rintangan kejadian asfiksia
sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta
telah lepas dari implantasinya di fundus uteri.
Menurut sarwono
ilmu kebidanan ( 2010), komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan
retroplasenta yang terus berlangsung sehingga menimbulkan berbagi akibat pada
ibu seperti anemia, syok hipovolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan
pembekuan darah, gagal ginjal mendadak, dan uterus couvelaire disamping
komplikasi sindroma insufisiensi fungsi plasenta pada janin berupa angka
kematian perinatal yang tinggi. Sindroma
sheehan terdapat pada beberapa penderita yang terhindar dari kematian setelah menderita
syok yang berlangsung lama yang menyebabkan iskemia dan nekrosis adenohipofisis
sebagai akibat solusio plasenta.
v Prognosis
Solusio plasenta mempunya prognosis yang buruk baik bagi ibu hamil dan
lebih buruk lagi bagi janin jika dibandingkan dengan plasenta previa. Solusio plasenta ringa masih mempunyai
prognosis yang baik bagi ibu dan janin karena tidak ada kematian dan
morbiditasnya rendah. Solusio plasenta
sedang mempunya prognosis yang lebih buruk terutama terhadap janinnya karena
mortilitas dan morbiditas parinatal yang tinggi di samping morbiditas ibu, yang
lebih berat. Solusio plasenta berat
mempunyai prognosis paling buruk baik terhadap ibu lebih-lebih terhadap
janinnya. Umunya pada keadaan yang
demikian janin telah mati dan mortalitas maternal meningkat akibat salah satu
komplikasi. Pada solusio plasenta sedang
dan berat prognosisnya juga bergantung pada kecepatan dan ketepatan bantuan
medik yang diperoleh pasien. Transfusi
darah yang banyak dengan segera dan terminasi kehamilan tepat waktu sangant
menurunkan morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.
v Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakan berdasarkan gejala dan tanda
klinik yaitu perdarahan melaui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik
pada uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan denyut
jantung janin pada pemeriksaan dengan
KTG. Namun, adakalanya pasien
datang dengan gejala mirip persalinan prematur, ataupun datang dengan
perdarahan tidak banyak dengan perut tegang, tetapi janin telah meninggal. Diagnosis definitif hanya bisa ditegakan
secara retrosfektif yaitu setelah partus dengan melihat adanya hematoma
retloplasenta.
Penggunaan color Dopper bisa membantu diagnosis solusio plasenta dimana tidak
terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya, sedangkan pada komleksitaslain,
baik kompleksitas retroplasenta yang hiperekoik maupun yang hipoekoik seperti
mioma dan konntraksii uterus, terdapat sirkulasi darah yang aktif padanya. Pada kontraksi uterus terdapat sirkulasi
aktif didalamnya, pada mioma sirkulasi aktif terdapat lebih banyak pada bagian
perferi dari pada bagian tengahnya.
v Tanda dan
gejala
Beberapa gejala
dari solusio plasenta adalah sebagai berikut:
a.
Perdarahan yang
disertai nyeri.
b.
Anemia dan
syok, beratnya anemia dan syok tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
c.
Rahim keras
seperti papan dan terasa nyeri sangat dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hinggga rahim teregang (
uterus en bois ).
d.
Palpasi sulit
dilakukan karena rahim keras.
e.
Fundus uteri
makin lama makin baik.
f.
Bunyi jantung
biasanya tidak ada.
g.
Pada toucher
teraba ketuban yang teregang terus-menerus ( karena isi rahim bertambah ).
h.
Sering terjadi
proteinuria karena disertai preeklamsi.
v Penatalaksanaan
Semua pasien yang tesangka
menderita solusio plasenta harus dirawat inap di rumah sakit yang berfasilitas cukup. Ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan
darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah. Penanganan ekspektatif pada kehamilan belum
genap bulan berfaedah bagi janin tetapi
persalinan umunya persalinan preterm tidak terhindarkan baik spontan sebagai
komplikasi solusio plasenta maupun atas indikasi obtertrik yang timbul setelah
beberapa hari dalam rawatan. Terhadap
pemberian tokolisis masih terdapat silang pendapat disamping keberhasilan yang
belum menjajikan.
3. Ruptura Uteri
Definisi
Ruptura uteri
adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya
regang miometrium. Penyebab ruptura
uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau traumatik. Ruptura uteri termasuk salah satu diagnosis
banding apabila wanita dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut
bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung kemih
dan organ vital di sekitarnya. Risiko
infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada kasus
ini. Ruptura uteri inkomplit yang
menyebabkan hematoma pada parametrium,
kadan-kadang sangat sulit untuk segera dokenali sehingga seringkali menimbulkan
komplikasi serius atau bahkan kematian.
Syok yang terjadi seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah yang
keluar karena perdarahan hebat dapat terjadi kedalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini sangat perlu
untuk di waspadai pada partus lama. ( sarwono, 2009)
Menurut sarwono ( 2010 ), Yang
dimaksud rupture uteri komplit ialah keadaan robekan pada rahim dimana telah
terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban
keduanya ikut ruptur dengan demikian janin sebagian atau seluruh tubuhnya telah
keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau
rongga abdomen, pada ruptura uteri komplit hubungan kedua rongga tersebut masih
dibatasi oleh peritoneum viserale. Pada
keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam rongga peritoneum. Pada dehisens dari parut bekas bedah sesar
kantong ketuban juga belum robek, tetapi jika kantung ketuban ikut robek maka
disebut telah terjadi rupture uteri parut.
Dehisens bisa berubah menjadi rutura pada waktu partus atau akibat
manipulasi lain pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah sesar pada
persalinan yang lalu. Dehisens terjadi
perlahan, sedangkan ruprura uteri terjadi secara dramatis. Ketentuan ini berguna untuk membedakan
ruptura uteri inkomplit denga dehisens yang sama-sama bisa terjadi pada bekas
bedah sesar. Pada dehisens perdarahan
minimal atau tidak berdarah, tapi pada ruptur uteri perdarahan banyak yang
berasal dari pinggir parut atau robekan baru yang meluas.
v Etiologi
Ruptura uteri bisa disebabkan oleh
anomali atau kerusakan yang telah ada sebelumnya, karena trauma, atau sebagai
komplikasi perlainan pada rahim yang telah diseksio sesarea pada persalinan
sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus
yang demikian dilakukan partus percobaan atau persalinan di rangsang dengan
oksitosin atau sejenis.
Pasien yang
beresiko tinggi antara lain persalinan yang mengalami distosia, grande
multipara, pengunaan oksitosin atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan,
pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah sesar atau operasi
lain pada rahimnya. Pada pasien dengan
panggul sempit atau bekas atau bekas seksio sesarea
Patofisiologi
Pada waktu his korpus uteri
berkontraksi dan mengalami retraksi.
Dengan demikian, dinding korpus uteri atau atau segmen atas rahim
menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya, tubuh janin yang menempati korpus
uteri terdorongkebawah ke dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah janin menjadi lebih lebar dan
karena dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik ke atas oleh kontraksi
segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi
yang membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi. Apabila bagian terbawah janin dapat terdorong
turun tanpa halangan dan apabila kapasitas segmen bawah rahim telah penuh
terpakai untuk ditempati oleh tubuh janin, maka pada gilirannya bagian terbawa
janin terdorong masuk kedalam jalan lahir melalui pintu atas panggul kedalam
vagina melalui pembukaan jika serviks bisa mengalah. Sebaliknya, apabila bagian terbawah janin
tidak dapat turun oleh karena suatu sebab yang menahannya( misalnya panggul
sempit atau kepala janin besar ) maka volume korpus yang tambah mengecil pada
waktu ada his harus diimbangi oleh peluasan segmen bawah rahim ke atas.
v Tanda dan
gejala
a. Tanda gejala ruptur uteri dapat terjadi secara
dramatis atau tenang.
b. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen,
c. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri.
d. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi
)
e. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat,
tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
f. Bagian presentasi dapat digerakan diatas rongga
panggul
g. Bagian janin lebih mudah di palpasi
h. Nyeri tekan meningkat di seluruh abdomen.
i. Nyeri berat pada supra pubis.
j. Kontraksi uterus hipotonik
v Diagnosis
Ruptura uteri
iminens mudah dikenal pada ring van bandl
yang semakin tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah
takut karena nyeri abdomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai
tanda-tanda gawat janin. Gambaran klinik
ruptur uteri adalah khas sekali. Oleh
sebab itu pada umumnya tidak sukar menetapkan diagnosisnya atas dasar
tanda-tanda klinik yang telah diuraikan.
Untuk menetapkan apakah ruptura in komplit perlu dilanjutkan denga
priksa dalam. Pada ruptura uteri komplit
jari-jari tangan pemeriksa dapat melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Jari-jari tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan
dinding perut yang licin.
b. Dapat meraba pinggir robekan, biasanya terdapat pada
bagian depan di segmen bawah rahim.
c. Dapat memegang usus halus atau omentum melalui
robekan.
d. Dinding perut ibu dapat ditekan menonjol keatas oleh
ujung jari-jari tangan dalam sehingga ujung jari-jari tangan luar saling mudah
meraba unung jari-jari tangan dalam.
v
Prognosis
Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri terjadi pada uterus yang
masih utuh atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas seksio sesarea atau
pada dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai menimbulkan
kematian maternal dan kemtian
parinatal. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kecepata pasien menerima tindakan bantuan yang tepat dan cekatan. Ruptura uteri spontan dalam persalinan pada
rahim yang tadinya masih utuh mengakibatkan robekan yang luas dengan pinggir
luka yang tidak rata dan bisa meluas ke lateral dan mengenai cabang-cabang
arteria uterina atau kedalam ligamentum latum atau meluas keatas atau ke vagina
di sertai perdarahan yang banyak dengan mortalitas maternal yang tinggi dan
kematian perinatal yang jauh lebih tinggi.
v Komplikasi
Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi
adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur uteri. Syok hipovolemik terjadi bila pasien tidak
segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk selanjutnya dalam
waktu yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Darah segar mempunyai kelebihan selain
menggantikan darah yang hilang juga mengandung semua unsur atau faktor
pembekuan dan karena itu lebih bermanfaat demi mencegah dan mengatasi
koagulopati dilusional akibat pemberian cairan kristaloid yang umumnya banyak
diperlukan untuk mengatasi atau mencegah gangguan kesimbangan elektrolit
antar-kompartemen cairan dalam tubuh dalam menghadapi syok hipovolemik. Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien
kiriman di mana ruptur uteri telah terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan
telah mengalami berbagai manipulasi termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keaadaan yang demikian pasien
tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien
akan menderita peritonitas yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Sayangnya hasil pemeriksaan kultur dan resistensi
bakteriologik dari sample darah pasien baru di peroleh beberapa hari kemudian.
Antibiotika spektrum luas dalam dosis tinggi biasanya diberikan untuk
mengantisipasi kejadian sepsis. Syok
hipovolemik dan sepsis merupakan sebab
utama yang meninggikan angka kematian maternal dan obstetrik.
v Penatalaksanaan
Dalam menghadapi masalah ruptura uteri
semboyan prevention is better than curesangat
perlu di perhatikan dan dilaksanankan oleh setiap pengelola persalinan di mana
punpersalinan itu berlangsung. Pasien
resiko tinggi haruslah di rujuk agar persalinannya berlangsung dalam rumah
sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup dan diawasi dengan penuh dedikasi
oleh petugas berpengalaman. Bila terjadi
ruptur uteri tindakan terpilih hanyalah histerektomi dan resusitasi serta
antibiotika yang sesuai. Diperlukan
infus cairan kristaloid dan transfusi darah yang banyak, tindakan antisyok,
serta pemberian antibiotika spektrum luas, dan sebagainya. Jarang sekali bisa dilakukan histerorafia
kecuali bila luka robekan masih bersih dan rapi dan pasiennya belum punya anak
hidup.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendarahan
kehamilan lanjut adalah pendarahan pada trimester akhir kehamilan. Pada
trimester akhir kehamilan sebab-sebab utama pendarahan adalah plasenta previa,
solution plasenta dan rupture uteri. Selain oleh sebab-sebab tersebut juga
dapat ditimbulkan oleh luka-luka pada jalan lahir karena trauma, koitus, atau
varises yang pecah, dan oleh kelainan serviks
seperti karsinoma, erosi atau polip. Komplikasi tersebut yang
menyebabkan pendarahan pada kehamilan lanjut, merupakan penyebab kematian ibu
yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat segera melakukan penanganan
yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan kesehatan
Martenal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta: tim
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri dan Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Saifudin. 2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Tidak ada komentar:
Posting Komentar