Blue Fire Pointer PAULINA LAMBU: PLASENTA PREVIA

Rabu, 04 Mei 2016

PLASENTA PREVIA











DI SUSUN OLEH
NAMA   : PAULINA LAMBU
NIM       : 15150056
PRODI  : D-3 KEBIDANAN
KELAS  : A.12.2


PROGRAM STUDY D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016  


BAB I
KONSEP DASAR


A.   PENGERTIAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998). Ante partum hemorargi adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu (Mochtar, 1998). Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan dengan sayatan uterus melalui dinding depan perut atau sectio caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin melalui insisi pada dinding perut dan rahim anterior (Hacker, 2001). Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa sectio caesaria
adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi perabdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus interior, karena bayi tidak bisa dilahirkan melalui jalan lahir. Salah satu penyebabnya adalah placenta previa. Placenta previa adalah suatu keadaan dimana placenta berada pada segmen bawah rahim.

     3.   ETIOLOGI

Penyebab dari placenta previa belum jelas diketahui menurut
Mochtar (1998) ada beberapa faktor penyebab terjadinya plasenta previa yaitu
:umur, hipoplasia endometrium, endometrium cacat pada bekas persalinan
berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor
seperti mioma uteri, malnutrisi. Menurut Mochtar (1998) ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya antepartum hemorargi yaitu : kelainan plasenta (plasenta previa,
solusio plasenta, perdarahan antepartum seperti insersio velamentosa, ruptura sinus marginalis, plasenta sirkum valata) bukan dari kelainan plasenta biasanya kelainan servik dan vagina, trauma. Indikasi dilakukannya SC menurut Cunningham (1995) adalah :
disproporsi sefalo pelvik, plasenta previa, letak lintang, tumor jalan lahir,
perut bekas sectio caesaria yang tidak baik, solusio plasenta.

C.  MACAM-MACAM PLASENTA PREVIA (Manuta, Ida Bagus)

a.    Plasenta previa totalis adalah plasenta previa yang menutupi jalan lahir 
      pada pembukaan 4 cm.
b.    Placenta Previa Parsialis 
      Apabila placenta menutupi sebagian osteum uteri internum.
c.    Placenta previa marginalis 
      Placenta previa yang berada disekitar pinggir osteum uteri internum


D.  TIPE-TIPE SECTIO CAESARIA

 Menurut Hakimi (1996) tipe-tipe sectio caesaria adalah :
1.    Segmen bawah : insisi melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan.
2.    Sectio segmen bawah, insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti padainsisi melintang, insisi membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkandengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
3.    Sectio caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dengan skapal kedalam dinding anteriordan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung tumpul.
4.    Sectio caesaria extroperitonal
Pembedahan extroperitonel dikerjakan untuk menghindari perlunyaisterektomi pada kasus yang mengalami infeksi luar dengan mencegah peritonis generalisasi yang sering bersifat fatal.


E.    ADAPTASI FISIOLOGIS DAN PSIKOLOGIS

 Menurut Hamilton (1995) adaptasi fisiologis dan psikologis post
 partum adalah sebagai berikut :

1.   Adaptasi Fisiologis

a.   Sistem Reproduksi

1)    Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri dua jari
di bawah pusat dan turun satu jari setiap hari. Pada posisi SC
timbul rasa nyeri pada luka insisi sehingga involusio uteri lebih
lambat.
2)    Lochea adalah suatu secret yang berasa l dari vacum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pengeluaran lochea dibedakan menjadi :
Lochea rubra, berwarna merah, pada hari pertama sampai hari
ketiga, lochea sanguinolenta, berwarna putih bercampur merah,
pada hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochea serosa, berwarna
kekuningan, pada hari ketujuh, sampai hari ke empat belas, lochea
alba, setelah hari keempat belas, berwarna putih.

b. Sistem Perkemihan
Kandung kemih oedema, dan sensitivitas menurun sehingga
mengakibatkan over distention, terpasang DC.

c. Sistem gastro intestinal
Pengambilan defekasi secara normal lambat dalam minggu
pertama dan kembali normal pada minggu pertama.

d. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah terjadi penurunan sistolik lebih dari 20 mmHg,
gangguan penglihatan, sakit kepala merupakan tanda pre eklamsi.

e. Tanda-tanda vital
Suhu 24 jam pertama meningkat kurang lebih 38 C akibat
adanya dehidrasi dan perubahan hormonal.

f. Sistem endokrin
Setelah persalinan pengaruh estrogen dan progesteron hilang,
maka timbul pengaruh lactogenic dan prolactin yang merangsang air
susu, produksi akan banyak sesudah 2 – 3 hari post partum.

g. Sistem Muskulo Skeletal
Otot dinding abdomen teregang berlahan selama hamil
menyebabkan hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah
melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendur (flabby) adanya
striae gravidarum.

2.    Adaptasi Psikologis

a. Fase taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan memfocuskan pada diri
sendiri.

b. Fase taking hold
Mulai sekitar hari ketiga setelah melahirkan berakhir pada minggu
keempat, ibu siap menerima peran ibunya dan belajar tentang semua
hal-hal baru.

c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu ke – 5 setelah melahirkan sistem keluarga
telah menyesuaikan diri dengan anggota baru.


F.    GAMBARAN KLINIS

Menurut Mochtar (1998) gambaran klinis plasenta previa yang
biasanya timbul adalah : perdarahan pada trimester ke III tanpa sebab, terjadi
sewaktu-waktu, tanpa disadari, tanpa nyeri dan terjadinya berulang-ulang,
presentasi janin tidak masuk panggul, letak janin bergeser dan berubah.

G.    PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Menurut Robbins dan Kumar adalah :

1.    Hari pertama paska bedah : setelah luka disambung dan dijahit, garis insisi
segera terisi bekuan darah, permukaan bekuan darah ini mengering
menimbulkan suatu kerak yang menutup luka.

2.    Hari ke dua paska bedah : timbul dengan aktivitas yang terpisah
reepitelisasi permukaan dan pembentukan jembatan yang terjadi jaringan
fibrosa yang menghubungkan kedua tepi celah sub epitel jalur-jalur tipis
sel menonjol dibawah permukaan kerak, dan tepi epitel menuju kearah
sentral dalam waktu 48 jam tonjolan ini berhubungan satu dama lain,
dengan demikian telah tertutup oleh epitel.

3.    Hari ketiga paskah bedah : Respon radang akut mulai bekurang dan
neurotrofil sebagian besar diganti oleh makrofag yang membersihkan tepi
luka dari sel-sel yang rusak dan juga pecahan fibrin.
4.    Hari kelima paskah bedah : Celah insisi biasanya terdiri dari jaringan
granulose yang kaya pembuluh darah dan longgar. Dapat dijumpai
serabut-serabut kolagen disana sini.
5.    Hari akhir minggu pertama : luka telah ditutup oleh epidermis dengan
ketebalan yang lebih kurang normal dan celah sub epitel yang telah terisi
jaringan ikat kaya pembuluh darah ini mulai meberi serabut-serabut
kolagen.
6.    Selama minggu kedua : Tampak proliferasi trofoblas dan pembuluh darah
secara terus menerus dan tumbuh progresif serabut kolagen. Kerangka
fibrin telah lenyap dan jaringan parut masih akan tetap berwarna merah
cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi, reaksi radang hampir
hilang seluruhnya.
7.    Akhir minggu kedua : Struktur jaringan dasar parut telah menetap dan
terjadi suatu proses yang panjang (menghasilkan warna jaringan parut
yang lebih muda sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan
kolagen dan peningkatan secara mantap daya re ntang luka).


H.   KOMPLIKASI TINDAKAN SECTIO CAESARIA

 1. Infeksi Pueroeralis (Nifas)
o   Ringan : Pasien mengalami kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
tidak disertai.
o   Sedang : Pasien mengalami kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit ke mbung.
o   Berat : Pasien mengalami peritomis, sepsis dan ikut paralitus keadaan
ini sering dijumpai partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban sudah pecah.
Penanganan pada kasus ini adalah dengan pemberian cairan elektrolit dan
antibiotika yang cukup adekuat dan tepat teratasi.

2. Pendarahan yang disebabkan oleh :
o   Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
o   Atonia uteri
o   Perdarahan pada penempelan plasenta


3.    Luka kandung kemih, embrio paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitoalisasi terlalu tinggi.

4.    Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
Sedangkan komplikasi SC menurut Hacker adalah :
1.    Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homostatis. Akibat
insisi rahim atau atonia yang dapat terjadi setelah pemanjangan masa
persalinan.
2.    Sepsi sesudah pembedahan frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih besar
bila sectio caesaria dilakukan selama persalinan atau bila terdapat infeksi
dalam rahim.
3.    Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih, pembuluh
darah ligament yang lebar dan ureter Hematuri angkat terdapat pada akibat
terlalu antusias dalam penggunaan refaktor di daerah dinding kandung kemih.

H.   FOKUS INTERVENSI

1.    Nyeri berhubungan dengan pembedahan (Kathryn A, 1995)
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Intervensi : - Kaji Karakteristik nyeri, pastikan efek pembedahan
tidak menyebabkan infeksi dan distensi kemih.

o   Beri Posisi nyaman dan ajarkan teknik relaksasi
o   Evaluasi vital sign, perhatikan perubahan perilaku
o   Beritahu penyebab nyeri
o   Berikan obat nyeri sesuai advis dan evaluasi

2.    Kurang perawatan diri berhubungan dengan anestesi penurunan kekuatan
dan ketahanan, ketidak nyamanan fisik (Doenges, 2001)
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
perawatan diri
Intervensi : - Pastikan berat atau durasi ketidaknyamanan

o   Kaji status psikologis pasien
o   Anjurkan pasien untuk latihan memenuhi kebutuhan
dirinya secara bertahap
o   Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Ubah posisi pasien
setiap 1 – 2 jam bantu dalam latihan nafas, ambulasi
dan latihan kaki.

3.    Gangguan eliminasi BAB konstipasi berhubungan dengan penurunan
tonus otot abdomen, penurunan peristaltik usus (Doenges, 2001)
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal
Intervensi : - Laksanakan palpasi abdomen, perhatikan distensi atas
ketidak nyamanan.

o   Beri cairan per oral 6 – 8 gelas perhari
o   Kaji Auskultasi adanya bising usus pada keempat
kaudran, tiap 4 jam setelah kelahiran SC
o   Anjurkan peningkatan diet makanan kasar, buahbuahan
dan sayuran.
o   Kolaborasi pemberian obat pelumas feses.

4.     Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan port’de entry luka insisi
 pembedahan (Tucker, 1998)
 Tujuan : infeksi tidak terjadi
 Intervensi : - Pantau terhadap peningkatan suhu tachikardi sebagai
 tanda infeksi

o   Observasi insisi terhadap tanda-tanda infeksi
kemerahan, nyeri tekan bengkak pada sisi insisi nyeri
peningkatan suhu.
o   Penggantian pembalut bila perlu
o   Kaji fundus, lochea, kandung kencing
o   Evaluasi tanda vital terhadap gejala infeksi atau
haemoragi setiap empat jam atau bila perlu.

5.    Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan
abnormal (Carpenito, 2001)
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi
Intervensi : - Buat jadwal untuk tambahan cairan

o   Pantau masukan cairan, pastikan paling sedikit 2000
ml cairan peroral setiap 24 jam
o   Pantau kadar elektrolit darah, urea, nitrogen darah,
urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematokrit
dan hemoglobin.
o   Pantau keluaran pastikan 1000 – 1500 ml per 24 jam
o   Kaji pengertian individu tentang alasan
mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metodemetode
untuk mencapai tujuan masukan cairan.

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
    perawatan post partum (Tucker, 1998)
    Tujuan : Pasien mamapu mendemonstrasikan dan mengungkapkan
    pemahaman perawatan dini post partum.
    Intervensi : - Anjurkan perawatan payudara
o   Jelaskan pentingnya nutrisi
o   Anjurkan untuk menghindari mengangkat apapun
melebihi berat badan bayi selama 4 – 6 minggu.
o   Demonstrasikan cara perawatan bayi
o    Anjurkan pada pasien untuk memberi ASI eksklusif.
o   Laporkan bila ada gejala infeksi luka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar