DI SUSUN OLEH
NAMA : PAULINA LAMBU
NIM :
15150056
PRODI
: D-3 KEBIDANAN
KELAS : A.12.2
PROGRAM
STUDY D-III KEBIDANAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015/2016
BAB I
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Plasenta
previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (Mochtar, 1998). Ante partum hemorargi adalah perdarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu (Mochtar, 1998). Sectio caesaria adalah suatu cara
melahirkan dengan sayatan uterus melalui dinding depan perut atau sectio
caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin melalui insisi pada
dinding perut dan rahim anterior (Hacker, 2001). Dari definisi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa sectio caesaria
adalah
suatu tindakan untuk melahirkan bayi perabdominal dengan melalui insisi pada
dinding abdomen dan dinding uterus interior, karena bayi tidak bisa dilahirkan
melalui jalan lahir. Salah satu penyebabnya adalah placenta previa. Placenta
previa adalah suatu keadaan dimana placenta berada pada segmen bawah rahim.
3.
ETIOLOGI
Penyebab
dari placenta previa belum jelas diketahui menurut
Mochtar (1998) ada beberapa faktor
penyebab terjadinya plasenta previa yaitu
:umur,
hipoplasia endometrium, endometrium cacat pada bekas persalinan
berulang-ulang,
bekas operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor
seperti
mioma uteri, malnutrisi. Menurut Mochtar (1998) ada beberapa hal yang bisa
menyebabkan terjadinya antepartum hemorargi yaitu : kelainan plasenta (plasenta
previa,
solusio
plasenta, perdarahan antepartum seperti insersio velamentosa, ruptura sinus
marginalis, plasenta sirkum valata) bukan dari kelainan plasenta biasanya
kelainan servik dan vagina, trauma. Indikasi dilakukannya SC menurut Cunningham
(1995) adalah :
disproporsi
sefalo pelvik, plasenta previa, letak lintang, tumor jalan lahir,
perut bekas sectio caesaria yang tidak
baik, solusio plasenta.
C. MACAM-MACAM PLASENTA PREVIA (Manuta, Ida
Bagus)
a.
Plasenta previa totalis
adalah plasenta previa yang menutupi jalan lahir
pada pembukaan 4 cm.
b.
Placenta Previa Parsialis
Apabila placenta menutupi sebagian osteum uteri internum.
c.
Placenta previa marginalis
Placenta previa yang berada disekitar pinggir osteum uteri
internum
D. TIPE-TIPE SECTIO CAESARIA
Menurut Hakimi (1996)
tipe-tipe sectio caesaria adalah :
1.
Segmen bawah : insisi
melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus merupakan prosedur pilihan.
2.
Sectio segmen bawah, insisi
membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti padainsisi melintang, insisi
membujur dibuat dengan skapal dan dilebarkandengan gunting tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
3.
Sectio caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dengan skapal kedalam dinding
anteriordan dilebarkan keatas serta kebawah dengan gunting berujung
tumpul.
4.
Sectio caesaria
extroperitonal
Pembedahan extroperitonel dikerjakan untuk menghindari perlunyaisterektomi pada kasus yang mengalami infeksi luar dengan mencegah peritonis generalisasi yang sering bersifat fatal.
E.
ADAPTASI FISIOLOGIS
DAN PSIKOLOGIS
Menurut Hamilton (1995)
adaptasi fisiologis dan psikologis post
partum adalah sebagai
berikut :
1.
Adaptasi Fisiologis
a.
Sistem Reproduksi
1)
Involusi uteri terjadi
setelah melahirkan tinggi fundus uteri dua jari
di bawah pusat dan turun satu jari setiap hari. Pada posisi SC
timbul rasa nyeri pada luka insisi sehingga involusio uteri lebih
lambat.
2)
Lochea adalah suatu secret
yang berasa l dari vacum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pengeluaran lochea dibedakan menjadi :
Lochea rubra, berwarna
merah, pada hari pertama sampai hari
ketiga, lochea sanguinolenta, berwarna putih bercampur merah,
pada hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochea serosa, berwarna
kekuningan, pada hari ketujuh, sampai hari ke empat belas, lochea
alba, setelah hari keempat belas, berwarna putih.
b. Sistem Perkemihan
Kandung kemih oedema, dan sensitivitas menurun sehingga
mengakibatkan over distention, terpasang DC.
c. Sistem gastro intestinal
Pengambilan defekasi secara normal lambat dalam minggu
pertama dan kembali normal pada minggu pertama.
d. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah terjadi penurunan sistolik lebih dari 20 mmHg,
gangguan penglihatan, sakit kepala merupakan tanda pre eklamsi.
e. Tanda-tanda vital
Suhu 24 jam pertama meningkat kurang lebih 38 C akibat
adanya dehidrasi dan perubahan hormonal.
f. Sistem endokrin
Setelah persalinan pengaruh estrogen dan progesteron hilang,
maka timbul pengaruh lactogenic dan prolactin yang merangsang air
susu, produksi akan banyak sesudah 2 – 3 hari post partum.
g. Sistem Muskulo Skeletal
Otot dinding abdomen teregang berlahan selama hamil
menyebabkan hilangnya kekenyalan otot yang terlihat jelas setelah
melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendur (flabby) adanya
striae gravidarum.
2.
Adaptasi Psikologis
a. Fase taking in
Terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan memfocuskan pada diri
sendiri.
b. Fase taking hold
Mulai sekitar hari ketiga setelah melahirkan berakhir pada minggu
keempat, ibu siap menerima peran ibunya dan belajar tentang semua
hal-hal baru.
c. Fase Letting go
Dimulai sekitar minggu ke – 5 setelah melahirkan sistem keluarga
telah menyesuaikan diri dengan anggota baru.
F.
GAMBARAN KLINIS
Menurut Mochtar (1998) gambaran klinis plasenta previa yang
biasanya timbul adalah : perdarahan pada trimester ke III tanpa
sebab, terjadi
sewaktu-waktu, tanpa disadari, tanpa nyeri dan terjadinya
berulang-ulang,
presentasi janin tidak masuk panggul, letak janin bergeser dan
berubah.
G.
PROSES PENYEMBUHAN
LUKA
Menurut Robbins dan Kumar adalah :
1.
Hari pertama paska bedah :
setelah luka disambung dan dijahit, garis insisi
segera terisi bekuan darah, permukaan bekuan darah ini mengering
menimbulkan suatu kerak yang menutup luka.
2.
Hari ke dua paska bedah :
timbul dengan aktivitas yang terpisah
reepitelisasi permukaan dan pembentukan jembatan yang terjadi
jaringan
fibrosa yang menghubungkan
kedua tepi celah sub epitel jalur-jalur tipis
sel menonjol dibawah permukaan kerak, dan tepi epitel menuju
kearah
sentral dalam waktu 48 jam tonjolan ini berhubungan satu dama
lain,
dengan demikian telah tertutup oleh epitel.
3.
Hari ketiga paskah bedah :
Respon radang akut mulai bekurang dan
neurotrofil sebagian besar diganti oleh makrofag yang membersihkan
tepi
luka dari sel-sel yang rusak dan juga pecahan fibrin.
4.
Hari kelima paskah bedah :
Celah insisi biasanya terdiri dari jaringan
granulose yang kaya pembuluh darah dan longgar. Dapat dijumpai
serabut-serabut kolagen disana sini.
5.
Hari akhir minggu pertama :
luka telah ditutup oleh epidermis dengan
ketebalan yang lebih kurang normal dan celah sub epitel yang telah
terisi
jaringan ikat kaya pembuluh darah ini mulai meberi serabut-serabut
kolagen.
6.
Selama minggu kedua :
Tampak proliferasi trofoblas dan pembuluh darah
secara terus menerus dan tumbuh progresif serabut kolagen.
Kerangka
fibrin telah lenyap dan jaringan parut masih akan tetap berwarna
merah
cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi, reaksi radang
hampir
hilang seluruhnya.
7.
Akhir minggu kedua :
Struktur jaringan dasar parut telah menetap dan
terjadi suatu proses yang panjang (menghasilkan warna jaringan
parut
yang lebih muda sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah,
timbunan
kolagen dan peningkatan secara mantap daya re ntang luka).
H.
KOMPLIKASI TINDAKAN
SECTIO CAESARIA
1. Infeksi
Pueroeralis (Nifas)
o
Ringan : Pasien mengalami
kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
tidak disertai.
o
Sedang : Pasien mengalami
kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi dan perut sedikit ke mbung.
o
Berat : Pasien mengalami
peritomis, sepsis dan ikut paralitus keadaan
ini sering dijumpai partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban sudah pecah.
Penanganan pada kasus ini adalah dengan pemberian cairan
elektrolit dan
antibiotika yang cukup adekuat dan tepat teratasi.
2. Pendarahan yang disebabkan oleh :
o
Banyak pembuluh darah yang
terputus dan terbuka
o
Atonia uteri
o
Perdarahan pada penempelan
plasenta
3.
Luka kandung kemih, embrio paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitoalisasi terlalu
tinggi.
4.
Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan pada kehamilan
mendatang.
Sedangkan komplikasi SC menurut Hacker
adalah :
1.
Perdarahan primer sebagai
akibat kegagalan mencapai homostatis. Akibat
insisi rahim atau atonia yang dapat terjadi setelah pemanjangan
masa
persalinan.
2.
Sepsi sesudah pembedahan
frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih besar
bila sectio caesaria dilakukan selama persalinan atau bila
terdapat infeksi
dalam rahim.
3.
Cidera pada sekeliling
struktur usus besar, kandung kemih, pembuluh
darah ligament yang lebar dan ureter Hematuri angkat terdapat pada
akibat
terlalu antusias dalam penggunaan refaktor di daerah dinding
kandung kemih.
H.
FOKUS INTERVENSI
1.
Nyeri berhubungan dengan
pembedahan (Kathryn A, 1995)
Tujuan : rasa nyeri berkurang
Intervensi : - Kaji Karakteristik nyeri, pastikan efek pembedahan
tidak menyebabkan infeksi dan distensi kemih.
o
Beri Posisi nyaman dan
ajarkan teknik relaksasi
o
Evaluasi vital sign,
perhatikan perubahan perilaku
o
Beritahu penyebab nyeri
o
Berikan obat nyeri sesuai
advis dan evaluasi
2.
Kurang perawatan diri
berhubungan dengan anestesi penurunan kekuatan
dan ketahanan, ketidak nyamanan fisik (Doenges, 2001)
Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan teknik-teknik untuk
perawatan diri
Intervensi : - Pastikan berat atau durasi ketidaknyamanan
o
Kaji status psikologis
pasien
o
Anjurkan pasien untuk
latihan memenuhi kebutuhan
dirinya secara bertahap
o
Berikan bantuan sesuai
kebutuhan. Ubah posisi pasien
setiap 1 – 2 jam bantu dalam latihan nafas, ambulasi
dan latihan kaki.
3.
Gangguan eliminasi BAB
konstipasi berhubungan dengan penurunan
tonus otot abdomen, penurunan peristaltik usus (Doenges, 2001)
Tujuan : Pola eliminasi kembali normal
Intervensi : - Laksanakan palpasi abdomen, perhatikan distensi
atas
ketidak nyamanan.
o
Beri cairan per oral 6 – 8
gelas perhari
o
Kaji Auskultasi adanya
bising usus pada keempat
kaudran, tiap 4 jam setelah kelahiran SC
o Anjurkan peningkatan diet makanan kasar, buahbuahan
dan sayuran.
o Kolaborasi pemberian obat pelumas feses.
4.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
port’de entry luka insisi
pembedahan (Tucker, 1998)
Tujuan : infeksi tidak
terjadi
Intervensi : - Pantau
terhadap peningkatan suhu tachikardi sebagai
tanda infeksi
o Observasi insisi terhadap tanda-tanda infeksi
kemerahan, nyeri tekan
bengkak pada sisi insisi nyeri
peningkatan suhu.
o Penggantian pembalut bila perlu
o Kaji fundus, lochea, kandung kencing
o Evaluasi tanda vital terhadap gejala infeksi atau
haemoragi setiap empat jam
atau bila perlu.
5.
Resiko tinggi syok
hipovolemik berhubungan dengan kehilangan cairan
abnormal (Carpenito, 2001)
Tujuan : syok hipovolemik tidak terjadi
Intervensi : - Buat jadwal untuk tambahan cairan
o
Pantau masukan cairan, pastikan
paling sedikit 2000
ml cairan peroral setiap 24 jam
o
Pantau kadar elektrolit
darah, urea, nitrogen darah,
urine dan serum osmolalitas, kreatinin, hematokrit
dan hemoglobin.
o
Pantau keluaran pastikan
1000 – 1500 ml per 24 jam
o
Kaji pengertian individu
tentang alasan
mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metodemetode
untuk mencapai tujuan
masukan cairan.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
perawatan post partum
(Tucker, 1998)
Tujuan : Pasien mamapu mendemonstrasikan
dan mengungkapkan
pemahaman perawatan dini
post partum.
Intervensi : - Anjurkan
perawatan payudara
o
Jelaskan pentingnya nutrisi
o
Anjurkan untuk menghindari
mengangkat apapun
melebihi berat badan bayi selama 4 – 6 minggu.
o
Demonstrasikan cara
perawatan bayi
o
Anjurkan pada pasien untuk memberi ASI
eksklusif.
o
Laporkan bila ada gejala
infeksi luka.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar